Gadis Kanibal asal Kediri Dibawa ke RS Jiwa Menur, ini Hasilnya

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
22 April 2019 16:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Widji Fitriyani dan keluarganya/ foto istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Widji Fitriyani dan keluarganya/ foto istimewa
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur observasi kejiwaan pasien Widji Fitriyani, (28), warga Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Mutu dan Ketua Etik Hukum RSJ Menur, Basuni mengatakan pihaknya terus melakukan observasi terhadap pasien pemakan jari tangan (kanibal) tersebut.
"Kita tidak bisa langsung menilai kejiwaan sehari dua hari. Beda dengan sakit panas, hari pertama 40 terus hari kedua 32. Kan pasien baru dirawat sejak, Sabtu (20/4) kemarin, namun kini sudah ada perubahan. Tidak ada kecenderungan memakan jari tangan lagi, dan iya itu disebut kanibal karena saksi saat kejadian melihat pasien tidak merintih kesakitan saat memakan jari tangan," kata Basuni, Senin (22/4/2019).
Pihak RSJ Menur juga akan berkoordinasi dengan RS Haji dan RSU dr Soetomo uuntuk membantu pengobatan luka dari terhadap Widji yang kini dirawat di ruang Wijaya Kusuma RSJ Menur, Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Untuk perawatan luka bila dibutuhkan, kami akan berkoordinasi dengan rumah sakit lain. Untuk hari ini masih belum," ujarnya.
Ia meneruskan, kini tim dokter yang menangani Widji tengah mengadakan rapat koordinasi untuk penanganan yang diterapkan kepada pasien.
Untuk tahap pertama, perawatan dilakukan secara keseluruhan agar Widji tidak lagi memakan jari tangannya.
"Tangan yang luka sudah diperban agar tidak ada lagi keinginan pasien berbuat seperti itu lagi (memakan jari tangan red). Tim khusus dan perawat yang mengawal pengobatan ini. Keluarganya juga tidak ada yang menjaga," ujarnya.
Menurutnya, koordinasi tersebut agar luka yang diderita dapat segera tertangani.
"Perlu penanganan khusus. Ada luka seperti itu ditakutkan ada infeksi atau darurat agar pasien tidak lagi melakukan perbuatan seperti itu. Kini, kondisi perilaku pasien pendiam, cuma masih nglantur," katanya.
ADVERTISEMENT