Jejak Perjuangan Bangsa di Balik Berdirinya Masjid Sabilillah Malang

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
7 Mei 2019 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bagian dalam Masjid Sabilillah, Malang, sedang direnovasi. Foto: Jatimnow.
zoom-in-whitePerbesar
Bagian dalam Masjid Sabilillah, Malang, sedang direnovasi. Foto: Jatimnow.
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Masjid Sabilillah berdiri di lokasi yang cukup strategis di pertigaan Kecamatan Blimbing menuju Kota Malang. Setelah pintu masuk Kota Malang, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Blimbing, masjid ini berdiri megah menyambut warga yang masuk ke Kota Malang dari sisi utara.
ADVERTISEMENT
Masjid Sabilillah merupakan masjid yang amat bersejarah. Sebab, masjid ini menjadi saksi bisu perjuangan laskar-laskar Islam rakyat dan santri saat mengusir tentara Sekutu dalam Agresi Militer II di Surabaya pada November 1948.
Sekretaris Takmir Masjid Sabilillah, Akhmad Farkhan, menyatakan bahwa tentara rakyat Laskar Hizbullah di bawah KH. Zainul Arifin dan Laskar Sabilillah di bawah KH. Masykur sempat menjadikan tanah kosong yang kini menjadi bangunan Masjid Sabilillah sebagai markas.
"Dulu memang di sini dijadikan markas menggalang dukungan untuk bertempur ke Surabaya," ungkap Farkhan.
Namun saat itu, lokasi yang dijadikan tempat beribadah adalah Masjid Jami' Blimbing, yang terletak di utara Masjid Sabilillah saat ini. Lantaran jemaah yang terus bertambah, keinginan untuk mendirikan masjid yang lebih besar muncul.
"Setelah tahun 1968 itu, jemaah masjid yang lama tidak lagi muat karena kian hari, jemaah kian bertambah. Maka pada 1968 dibentuklah panitia pembangunan Masjid Blimbing yang baru oleh KH. Nakhrawi Thohir," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Usai panitia terbentuk, peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1974 di sebuah tanah kosong di selatan Masjid Jami' Blimbing yang sempat dijadikan markas pejuang saat mengusir penjajah di pertempuran 10 November di Surabaya.
"Karena berbagai hal, pembangunan masjid ini sempat macet. Kemudian pada 4 Agustus 1974 atas prakarsa KH Masykur dibicarakan kembali pembangunan masjid ini di rumah beliau di Singosari. Pada 8 Agustus 1974, pembangunan masjid ini dimulai kembali," jelas Farkhan.
Sempat terhenti beberapa tahun, pembangunan masjid akhirnya selesai dalam waktu 6 tahun. Masjid sendiri dibangun menempati tanah seluas 8.100 meter persegi, dengan terdiri dari tiga bangunan, yakni bangunan induk masjid, bangunan menara, dan bangunan pelengkap yang terdiri dari ruang kantor, tempat wudu, dan ruangan sekolah.
ADVERTISEMENT
Uniknya, Masjid Sabilillah memiliki konstruksi bangunan yang melambangkan pergerakan perjuangan Indonesia. Jumlah pilar di luar masjid sebanyak 17 buah, melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, ketinggian masjid dari lantai bawah hingga atap, yakni 8 meter, melambangkan bulan di mana Indonesia merdeka dari penjajah, yakni Agustus.
Tahun kemerdekaan Indonesia 1945 dilambangkan pada lebar masjid dan tinggi menara, yakni 45 meter dari permukaan tanah.
Jarak antara pilar yang satu dengan lainnya juga memiliki filosofi, di mana dengan jarak 5 meter antar pilar melambangkan Pancasila dan rukun Islam yang jumlahnya juga lima. Di bagian menara masjid berbentuk segi 6 yang melambangkan rukun iman pada agama Islam.
Di dalam masjid, juga terdapat 9 pilar menyokong masjid yang melambangkan jumlah Wali Songo yang menjadi penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT