Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta

Konten Media Partner
10 Mei 2021 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Di usianya yang sudah 78 tahun, Satimah justru memilih hidup sendiri di tempat kos Wonocolo Gang 8, Surabaya. Hanya becak peninggalan almarhum suami yang kini setia menemaninya.
ADVERTISEMENT
Mbah Satimah telah menjadi janda selama satu tahun lebih. Itu setelah suaminya meninggal dunia, karena kecelakaan kerja.
"Suami mpun kapundut, jatuh pas proyekan. (Suami sudah meninggal, jatuh saat kerja di proyek)," ujar Mbah Satimah saat ditemui jatimnow.com, Minggu (9/5/2021).
Sehari-hari, Mbah Satimah berjualan pepes, gorengan, hingga botok keliling kampung. Hal itu ia lakoni sudah hampir puluhan tahun, hingga nyaris lupa. Kini dia harus mengayuh dan mendorong becak berisi barang dagangan itu sendirian.
Jika dagangannya ludes terjual, pendapatan bersih Mbah Satimah bisa mencapai Rp 20 hingga 50 ribu sekali dagang.
"Semuanya dua ribuan, botok tahu tempe, godhong kates, sambukan, kalau bersih ya kadang-kadang dapat dua puluh ribu sampai lima puluh ribu," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Wajah Mbah Satimah tampak sumringah setelah mendapat santunan dari Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Pertiwi Ayu Krishna melalui program ramadhan berbagi jatimnow.com.
Di momen ramadhan seperti sekarang, Mbah Satimah mulai menjajakan dagangannya sore hari, sekitar pukul 15.00 hingga 18.00 WIB. Meski harus keliling berdagang, dia mengaku masih tetap berpuasa.
"Mulai jam tiga atau jam empat. Pulang kadang jam enam sampai jam delapan. Muter teng (ke) Margorejo Indah, perumahan, teng cino-cino niku (di rumah-rumah warga Tionghoa itu)," tambah dia.
Dalam perkawinannya, Mbah Satimah dikarunia empat orang anak yang semuanya telah memiliki rumah tangga masing-masing. Anak-anaknya tinggal cukup dekat dengannya, masih dalam satu kawasan yang dekat, dua orang di kawasan Bendul Merisi dan satu orang di Jemursari.
Meski demikian, Mbah Satimah mengaku tidak ingin membebani putra-putrinya. Dia lebih memilih indekos dan bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Mboten enak kalihan mantu. (Tidak enak sama menantu)," jelasnya.