Kreatif, Guru SMP di Ponorogo Bikin Bilik Pendeteksi Suhu Tubuh Otomatis

Konten Media Partner
5 September 2020 15:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kreatif, Guru SMP di Ponorogo Bikin Bilik Pendeteksi Suhu Tubuh Otomatis
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Guru SMP Negeri 1 Jetis Ponorogo, Dwi Sujatmiko membuat pendeteksi suhu tubuh secara otomatis.
ADVERTISEMENT
Alat itu dibuatnya seiring dengan wacana Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Ponorogo yang akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.
"Pembelajaran uji coba tatap muka syaratnya harus sesuai protokol kesehatan. Makanya kami mencoba membuat alat pendeteksi suhu tubuh tapi yang tidak bersentuhan langsung," ujarnya, Sabtu (5/9/2020).
Menurutnya, alat pemantau suhu badan otomatis yang berbasis Android meminimalkan kontak fisik. Siswa yang akan masuk sekolah diminta masuk ke bilik dan kemudian mendekatkan dahi atau tangan ke depan sensor sekitar 2 sampai 3 detik. Setelahnya, palang pintu akan terbuka otomatis.
"Ada dua palang pintu. Jika suhu tubuh siswa di bawah 37 derajat maka palang bagian depan yang terbuka, namun jika di atas 37 derajat maka palang pintu sebelah kiri yang terbuka," terang dia.
ADVERTISEMENT
Sehingga siswa yang memiliki suhu badan tinggi atau mengarah ke demam, akan muncul bunyi peringatan untuk memperingatkan petugas. Selanjutnya siswa akan diperiksa lebih lanjut dan diarahkan menuju ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Ia menjelaskan, alat pendeteksi suhu tubuh otomatis itu bekerja menggunakan aliran listrik. Namun jika aliran listrik padam, maka bisa memanfaatkan sumber daya dari powerbank.
"Jadi ketika listrik mati tidak akan ada masalah,” ujarnya.
Dijelaskannya, di dalam bilik buatannya itu terdapat dua buah sensor yaitu sensor inframerah dan ultrasonik.
Cara kerja alat pendeteksi suhu tubuh otomatis itu dari sensor inframerah yang berfungsi untuk mengetahui suhu tubuh seseorang. Sedangkan sensor ultrasonik berfungsi untuk mengetahui jarak objek untuk digunakan guna membuka palang pintu.
ADVERTISEMENT
"Waktu tiga hari untuk merangkai alat dan biliknya. Yang paling lama dalam pemrogramannya,” tutur Miko.
Ia menyebut, bilik pendeteksi suhu tubuh otomatis itu dirasa masih belum sempurna. Kedepannya, ia akan mencoba untuk menggabungkan dengan data siswa yang telah terekam dalam sebuah kartu Radio Frequency Identification (RFID).
Kartu RFID ini adalah sistem identifikasi berbasis wireless yang memungkinkan pengambilan data tanpa harus bersentuhan seperti barcode atau magnetic card. Sehingga seluruh rekaman suhu nantinya bisa dipantau untuk siswa dan tersimpan dalam data sekolah.
"Sudah terpasang sensor RFID-nya. Hanya siswa belum dibekali kartu yang mampu dibaca oleh sensor RFID tersebut," ujar dia.
Alat buatan ini selain mengurangi kontak fisik dengan petugas pemantau suhu, juga telah dilengkapi dengan aplikasi yang bisa tersambung dengan smartphone. Sehingga petugas hanya perlu melihat layar di smartphone untuk memantau siswa.
ADVERTISEMENT
"Point utamanya mengurangi kontak fisik," pungkasnya.