Pengakuan Djaiti, Ibu yang Kepalanya Diinjak Anak Sendiri

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
23 Agustus 2019 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Djaiti, ibu yang diinjak kepalanya oleh Andri, anaknya sendiri.
zoom-in-whitePerbesar
Djaiti, ibu yang diinjak kepalanya oleh Andri, anaknya sendiri.
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Kepala Djaiti (60) diinjak oleh Andri (21), anak kandungnya sendiri. Sontak, video aksi tak terpuji Andri viral setelah diunggah oleh kakaknya ke Facebook. Tak pelak, Andri mendapat kecaman, hingga dilaporkan ke polisi. Meski begitu, Andri sudah bersujud minta maaf ke ibunya.
ADVERTISEMENT
Kami menemui Djaiti di rumahnya di Jalan Kedondong, Surabaya. Tepatnya, Djaiti tinggal di rumah berukuran 3x3 meter yang terletak di gang sempit yang hanya bisa dilalui satu motor.
Diketahui, ternyata ia sedang mengidap penyakit paru-paru dan jantung. Dengan keramahannya, Djaiti menceritakan perihal keseharian Andri.
Menurut Djaiti, anak bungsu dari tiga bersaudara itu bukanlah anak nakal. Hanya, ketika kemauannya tidak dituruti, Andri suka marah dan kerap melakukan tindakan yang tidak baik kepada orang tuanya.
"Anak saya tidak seperti itu sebenarnya, dia tidak pernah aneh-aneh, tidak pernah mabuk-mabukan juga. Setiap hari selalu pulang ke rumah. Tapi kalau minta uang tidak dikasih, itu terkadang melempar sandal, biasanya marah-marah waktu lapar, kalau tidak dikasih uang buat makan," terang Djaiti kepada jatimnow.com, Kamis (22/8/2019).
ADVERTISEMENT
Menurut Djaiti, Andri sudah putus sekolah saat memasuki pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebab, Andri sudah tidak ingin belajar lagi dan memilih untuk bekerja.
"SMK putus sekolah, dia bilang kalau sudah tidak ada keinginan sekolah karena capek mikir. Kalau saya ya masih kepengin anaknya punya ijazah, ya kepengin. Tapi anaknya sudah nggak mau mikir berat-berat," paparnya.
Tapi, setelah putus sekolah, Andri tak kunjung bekerja. Ia masih bergantung kepada orang tuanya, meminta uang untuk sekadar membeli makan dan rokok.
Namun, mereka hidup pas-pasan, sehingga tidak bisa semua kemauannya dituruti. Bahkan, kedua orang tua Andri sudah tidak bekerja dan hanya bergantung pada usaha jualan es yang tidak menentu penghasilannya.
"Bapak nganggur sudah 71 tahun, ibu 60 tahun. Hanya jual es teh buat jajan anak. Siapa yang membutuhkan itu aja. Karena masih ada Andri ini, akhirnya masih jualan di rumah, buat anak yang satu ini. Kalau dia lapar, mau makan ya minta siapa, kalau bukan ibunya. Dia juga masih kewajiban biar pun enggak kerja dicariin uang," ucapnya.
Novi Dwi Cahyanti, kakak Andri.
Kemudian, Djaiti menceritakan bagaimana awal mula Andri sampai berani menginjak kepalanya. Pagi hari itu, Andri meminta uang kepadanya untuk membeli makanan sebesar Rp 6 ribu, dan diberikan oleh Djaiti.
ADVERTISEMENT
Namun pada siang hari, ia kembali meminta uang Rp 10 ribu untuk membeli makanan dan rokok. Kali in, kemauannya tidak segera dituruti, lantas ia marah dan menginjak kepala ibunya.
"Kemarin itu pagi sudah meminta Rp 6 ribu sudah dikasih, siangnya minta 10 ribu, ya, belum ada. Jualan juga sepi cuma jualan es. Waktu itu juga sempat dinasehati sama kakaknya, tapi melawan dan akhirnya terjadi seperti itu," beber Djaiti.
Perbuatan Andri tersebut direkam Novi Dwi Cahyanti, kakak Andri, lalu diunggah ke Facebook, hingga viral di media sosial. Sebagai orang tua, Djaiti merasa menyesal atas perbuatan yang dilakukan anaknya. Namun, sebagai orang tua, ia tidak ingin anaknya ditahan dalam penjara, meski telah disakiti ia tetap menyayangi Andri.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya menyesal, Mas, anak tidak tahu tata krama dan sopan santun. Meski disakiti, ya, namanya orang tua pasti sayang. Saya juga kasihan sama anak saya, tidak tega kalau ditahan, saya yang takut karena dia menangis," ungkapnya.
Djaiti pun berharap setelah anaknya sempat diamankan polisi, bisa menjadi pelajaran agar berbakti kepada orang tua. Ia hanya ingin keluarganya, kakak-kakak dan adiknya, rukun dalam keluarga yang harmonis meski dalam kekurangan.
"Saya hanya berharap anak saya berubah dan tidak lagi berani sama orang tua. Kalau dia diamankan polisi jadi ada yang ditakuti. Saya enggak minta yang tinggi-tinggi, cuma keluarga bisa tentram damai. Itu mau saya. Bukan malah bertengkar, tidak marah-marah sama ibu," imbuhnya.
Sementara, Novi mengaku terpaksa mengunggah video aksi adiknya itu ke media sosial karena sudah geram dengan perilaku adiknya yang sering melawan ibunya.
ADVERTISEMENT
"Posisi ibu juga sakit, ibu yang digituin aja bisa terima, orang se-Indonesia ya pasti tidak terima. Ibu itu ya posisi sakit, ibu ikhlas banget anaknya dilepas," ungkap Novi.
Novi mengatakan, ia berharap unggahan itu menjadi efek jera bagi Andri supaya berhenti berperilaku buruk kepada orang tua. Selain itu Novi juga tidak berniat untuk memviralkan videonya tersebut pada awalnya.
"Awalnya saya ndak ada niatan pengen memviralkan. Sebelum ada bukti itu sudah pernah lapor ke polsek terdekat tapi harus ada bukti visum. Karena juga dari polsek harus diselesaikan secara kekeluargaan. Video itu kemudian saya ambil dan posisi ibu saya mangkel (marah), saya juga sudah izin mosting itu. Gimana cara memberikan efek jera adek saya," tandasnya.
ADVERTISEMENT