Peringatan Hari Guru, Menteri Agama: Pendidik Harus Melek Teknologi

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
26 November 2018 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peringatan Hari Guru, Menteri Agama: Pendidik Harus Melek Teknologi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Pada momen peringatan Hari guru nasional, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin berpesan kepada para guru agar dapat menjadi pendidik berparadigma milenial. Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri peringatan Hari Guru & Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Berprestasi 2018, di Dyandra Convention Hall, Minggu (25/11/2018) malam.
Menurut Hakim, hal pertama yang harus disikapi adalah globalisasi yang membuat manusia seolah-olah sudah borderless, tanpa batas teritorial yang dapat mengaburkan batas nilai dan budaya. Di sisi lain juga membawa paham-paham yang bertolak belakang dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan dan nilai agama yang dianut masyarakat Indonesia.
"Pengaruh dari luar yang semakin mudah masuk mengundang masuknya liberalisasi, sekularisasi, dan transnasionalisme yang negatif ke ruang privat keluarga. Bila tidak diwaspadai, itu semua akan merusak tatanan kehidupan dan nilai-nilai yang kita anut" ujarnya.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Yang kedua, lanjut Hakim, munculnya berbagai inovasi perangkat yang berbasis artificial intelligence (kecerdasan buatan) membuat anak didik saat ini tak bisa lepas dari perangkat digital virtual dari hidupnya. Menurutnya hal tersebut bisa berdampak positif di era pendidikan, namun juga menyebabkan dehumanisasi atau ketercerabutan sisi kemanusiaan dari diri bangsa.
"Kita sering mengalami, berkumpul dengan keluarga tetapi tidak saling bicara. Itu bukti bahwa dehumanisasi sudah mempengaruhi kehidupan kita," katanya.
Tak hanya itu, tantangan dunia luar juga menjadi perhatian dari Kementerian Agama. Pasalnya, seluruh program di kementerian yang dipimpinnya berfokus dalam dua hal yakni menjaga agar pemahaman dan pengamalan keagamaan di Indonesia tetap moderat, jauh dari ekstrimisme.
ADVERTISEMENT
"Kita terus menyerukan moderasi beragama, bukan moderasi agama, karena agama itu sendiri tentunya sudah moderat. Tetapi cara kita memahami agama boleh jadi terjebak pada perilaku berlebihan," katanya.
Yang kedua, lanjut Hakim, menjaga agar pemahaman beragama yang hakekatnya adalah ber-Indonesia dan sebaliknya, karena bernegara pada dasarnya merupakan pengamalan beragama yang kita yakini.
"Itulah mengapa tema peringatan Hari guru ini yakni menjadi teladan menatap peradaban sebagai upaya bagaimana agar generasi muda tidak tercerabut jati dirinya dari Indonesia yang hakekatnya adalah bangsa yang agamis dan sangat mencintai tanah air," pungkasnya.