news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pilu Remaja Kembar Yatim Piatu di Surabaya yang Lumpuh dan Tunawicara

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
11 Juli 2019 15:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kedua remaja, Nur Laila dan Nur Laili (16 tahun), yang menderita lumpuh dan tunawicara. (Jatimnow)
zoom-in-whitePerbesar
Kedua remaja, Nur Laila dan Nur Laili (16 tahun), yang menderita lumpuh dan tunawicara. (Jatimnow)
ADVERTISEMENT
jatimnow.com - Nur Laila dan Nur Laili (16 tahun), remaja kembar yatim piatu itu hanya bisa tergolek di sebuah rumah petak berukuran 3x3 meter di perkampungan utara Kota Surabaya. Keduanya diketahui menderita kelumpuhan dan tunawicara sejak berumur 7 bulan.
ADVERTISEMENT
Laila dan Laili merupakan anak keempat dan kelima dari pasangan almarhum Towi (60) dan almarhumah Supini (56), warga Srengganan Gang III, RT 6 RW 7, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Simokerto, Surabaya. Saat ini, keduanya dirawat oleh bibi mereka yang bernama Sulikhah (51).
Saat ditemui di rumahnya, Sulikhah menceritakan awal mula kondisi kedua keponakannya yang mengalami lumpuh. Ia mengatakan keduanya lahir dalam kondisi yang normal, namun menginjak usia 7 bulan, tiba-tiba benjolan muncul di kaki Nur Laili.
"Awal itu normal. Terus bengkak kakinya satu dan yang satunya juga ikut-ikutan ndak bisa jalan. Lemas. Kemudian saya bawa ke tukang pijat dan juga ke dokter spesialis anak, katanya gejala ginjal. Tapi saat saya periksa ke salah satu rumah sakit, katanya tidak ada penyakitnya. Saya bingung anak ini sakit apa sebenarnya," katanya, Kamis (11/7).
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, perjuangan untuk pengobatan terhadap si kembar yang telah dibawa ke Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya.
"Hampir setiap hari saya bawa ke sana untuk periksa. Saya tanya ke dokter dia punya penyakit apa, setelah diperiksa, ternyata normal," katanya.
Setelah mendapat pemeriksaan selama sebulan berupa rekam otak di RSU dr Soetomo, dokter meminta untuk dilakukan operasi kecil. Ia mengaku apapun akan dilakukan demi kesembuhan si kembar.
"Kami enggak apa-apa, yang penting anak ini sembuh. Si kembar ini sampai ngamar selama dua bulan di rumah sakit," ujarnya sambil mengusap air matanya.
Bukannya membaik, justru setelah dioperasi keadaan keduanya semakin memburuk. Setelah dua bulan, tulang di kakinya tidak bisa menyatu setelah mengenakan alat bantu. Si kembar pun diminta untuk pulang dengan catatan tetap melakukan kontrol.
ADVERTISEMENT
"Dokter bilang kakinya sudah mlastik. Selama empat tahun, itu kontrol terapi. Poli gizi tumbuh kembang hingga terapi bicara. Mereka ini tidak bisa ngomong. Kami bolak-balik ke rumah sakit tapi sampai sekarang kami belum tahu penyakitnya apa dan bagaimana cara menyembuhkannya," imbuhnya.
Kondisi si kembar hingga kini hanya bisa terbaring di kasur dan lantai. Kedua remaja putri ini hanya bisa merengek saat merasa lapar.
Bahkan, Sulikhah mulai pesimis saat si kembar ditinggal oleh kedua orang tuanya yang meninggal akibat penyakit jantung dan sesak sejak empat tahun lalu.
Sulikhah yang sehari-hari bekerja sebagai penjual kerupuk mengaku tidak cukup dengan penghasilannya untuk merawat si kembar. Alhasil, dia menggadaikan barang-barang miliknya hingga baju-baju yang ia miliki untuk bisa merawat dua keponakannya.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah pasrah, uang saya sudah habis semua untuk pengobatan anak-anak ini. Saya hanya penjual kerupuk. Kalau ada nasi karak (nasi aking), ya saya jual. Apapun saya lakukan demi menghidupi mereka. Ya, ngambil uang cicilan dapat arisan gitu. Ada apa saya jual saya gadaikan. Apa adanya sampai habis semua baju saya," katanya.
Sulikhah meneruskan biaya kontrakan selama satu tahun sebesar Rp 1,5 juta untuk tempat dia tinggal bersama si kembar. Si kembar pun selama ini hanya mengonsumsi vitamin yang ia dapat dari puskesmas. Apabila si kembar sakit hanya diberi obat pereda panas badan.
"Saya cuma minta vitamin. Kalau minta obat tidak berani dokternya. Kalau panas saya kasih obat Bodrexin, itu aja. Sudah dua tahun lebih ini enggak diperiksa juga si kembar," ujar Sulikhah.
ADVERTISEMENT