Corona, Masker, dan Penyakit Menular Lainnya yang (Mungkin) Terlupakan

Jefry Albari Tribowo
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And adalah seorang dokter spesialis Andrologi dan produser musik di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Website: andrologibanjarmasin.com
Konten dari Pengguna
3 Maret 2020 8:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jefry Albari Tribowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak tanggal 2 Maret kemarin Indonesia dinyatakan sebagai negara yang terinfeksi Virus Corona (COVID-19) dengan ditemukannya dua orang yang terinfeksi. Di balik itu semua, ada satu hal yang cukup menarik perhatian, yaitu harga masker yang melambung tinggi. Di saat biasa satu boks masker 3 ply memiliki harga Rp 35.000, namun semenjak mewabahnya COVID-19 harga masker naik hingga 10 kali lipatnya mencapai Rp 350.000.
Pada prinsipnya, hal ini terjadi karena faktor supply and demand yang tidak seimbang. Banyak masyarakat yang menjadi panik tertular COVID-19 sehingga memborong masker. Bahkan ada beberapa oknum yang memanfaatkan hal ini dengan membeli masker dalam jumlah banyak dan menjual kembali dengan harga yang mahal demi keuntungan semata.
ADVERTISEMENT
Dari World Health Organization (WHO) sendiri menyarankan penggunaan masker jika akan berurusan dengan orang yang diduga terinfeksi atau jika diri sendiri sedang sakit batuk atau bersin. Penggunaan masker dikatakan akan efektif jika dikombinasikan dengan rutin mencuci tangan. Secara tidak langsung hal ini menyatakan bahwa tidak semua orang memerlukan pengunaan masker, dan tak ada yang menjamin pengunaan masker semata akan bebas dari infeksi COVID-19.
Saran mengenai penggunaan masker | who.int
Sebenarnya ada beberapa orang yang benar-benar memerlukan masker, sebut saja dokter dan perawat yang setiap harinya berhadapan dengan orang-orang sakit. Mereka memerlukan masker untuk mencegah terinfeksi berbagai penyakit yang bisa tertular lewat udara melalui partikel cairan. Selain tenaga kesehatan, tentunya orang sakit itu sendiri juga memerlukan menggunakan masker agar tidak menularkan penyakitnya.
ADVERTISEMENT
Yang perlu diingat, selain COVID-19, ada berbagai penyakit lain yang bisa menular lewat udara melalui partikel cairan, sebagai contoh penyakit Tuberkulosis (TBC), difteri, dan influenza. Kasus TBC sendiri di Indonesia cukup sering ditemui hingga saat ini. Orang-orang yang terkena penyakit menular seperti TBC ini sangat memerlukan memakai masker untuk mencegah penularan ke orang sekitarnya, mengingat mereka perlu rutin kontrol dan menebus obat di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat yang notabene ramai akan orang-orang.
Dengan melambungnya harga masker, orang-orang yang benar-benar memerlukan akan kesulitan untuk mendapatkannya. Akibatnya sebagian dari mereka terpaksa tidak menggunakan masker dan dapat menyebabkan angka infeksi penyakit menular semakin tinggi. Hal ini yang sebenarnya perlu diwaspadai di tengah kegelisahan masyarakat terhadap COVID-19, yakni ada banyak penyakit infeksi menular lainnya.
Pedagang menata masker di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (28/2). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Tentunya permasalahan kelangkaan masker ini merupakan hal yang cukup pelik dan pemerintah perlu turut andil dalam menanggulangi hal tersebut dengan membuat regulasi yang baik. Seperti di Singapura yang membagikan masker secara gratis dengan menuliskan anjuran siapa yang memerlukan untuk memakainya. Pihak pemerintah Jawa Barat sendiri sudah melakukan langkah tepat dengan mendistribusikan bantuan masker ke unit-unit pelayanan kesehatan di Depok.
ADVERTISEMENT
Untuk masyarakat yang sehat jangan ragu untuk membagikan masker ke orang terdekat yang membutuhkannya. Selain itu kita perlu untuk menjaga kesehatan dengan cara rutin mencuci tangan, makan sehat, berolahraga, dan tidur yang cukup.