Kerja Shift Malam Berisiko Terkena Kanker

Jefry Albari Tribowo
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And adalah seorang dokter spesialis Andrologi dan produser musik di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Website: andrologibanjarmasin.com
Konten dari Pengguna
11 September 2019 18:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jefry Albari Tribowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini penyakit kanker tidak bisa ditemukan penyebab utamanya. Berbeda dengan kebanyakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya, kanker hanya bisa disebutkan beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, kita sering mengetahui rokok merupakan salah satu faktor risiko terkena kanker paru-paru, namun kenyataannya tidak semua perokok akan menderita penyakit kanker paru-paru. Bahkan ada beberapa orang yang terkena kanker paru-paru padahal ia tidak pernah merokok sama sekali.
Hal ini dikarenakan penyakit kanker merupakan penyakit yang disebabkan berbagai faktor (multifaktorial) mulai dari genetik, lingkungan, gaya hidup, dan infeksi. Semakin banyak seseorang memiliki faktor risiko untuk kanker, semakin besar pula kemungkinan ia terkena penyakit itu.
biotech-now.org
Dalam istilah medis ada istilah “carcinogenic”, yakni sebuah substansi yang diyakini menyebabkan pembentukan penyakit kanker. WHO melalui agennya International Agency for Research on Cancer (IARC) membagi bahan carcinogenic menjadi 4 kategori, yakni:
Kategori 1: Carcinogenic terhadap manusia.
ADVERTISEMENT
Kategori 2A: Kemungkinan besar carcinogenic terhadap manusia.
Kategori 2B: Kemungkinan kecil carcinogenic terhadap manusia.
Kategori 3: Tidak diklasifikasikan carcinogenic terhadap manusia.
Kategori 4: Kemungkinan tidak carcinogenic terhadap manusia.
Yang cukup sering didengar sebagai carcinogenic ini tentunya makanan, minuman, polutan, dan zat kimia. Namun, sejak tahun 2007, WHO menulis ada 1 sifat yang carcinogenic, yaitu: kerja shift malam.
isglobal.org
Penelitian menyebutkan, hal ini terjadi karena terdapat perubahan siklus tidur yang akan memengaruhi hormon melatonin, penekanan sistem imun, dan pertumbuhan sel. Sehingga meskipun seseorang yang bekerja shift malam telah tidur cukup saat pagi pulang bekerja, ia tetap berisiko terkena kanker.
Tentunya hal ini merupakan fakta yang cukup menakutkan bagi para pekerja yang memang dibutuhkan untuk bekerja di shift malam, sebutlah dokter, perawat, petugas keamanan, dan petugas jasa lainnya. Mereka tentunya tidak memiliki pilihan lain karena tuntutan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker adalah dengan menjauhi faktor risiko lainnya. Seperti yang telah disebutkan, ada beberapa hal carcinogenic yang termasuk ke dalam risiko tinggi (kategori 1-2) seperti: rokok, alkohol, daging olahan, polusi udara, dan lainnya. Setidaknya ketika kita tidak bisa mengurangi satu hal carcinogenic, maka kita perlu mengontrol hal-hal carcinogenic lainnya.