Bitcoin Tembus Rekor 81 Juta Rupiah per Koin

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2017 9:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bitcoin (Foto: Reuters/Benoit Tessier)
zoom-in-whitePerbesar
Bitcoin (Foto: Reuters/Benoit Tessier)
ADVERTISEMENT
Bitcoin kembali lampaui rekornya sendiri saat diperdagangkan di USD 6000 senilai 81 juta Rupiah pada hari Jumat kemarin, yang menempatkan kapitalisasi pasarnya di USD 100 milyar, berkat terus gandrungnya para investor bertaruh di aset yang bersuplai terbatas yang melapangkan jalan untuk semakin tumbuhnya mata uang virtual yang diberitakan Reuters (21/10).
ADVERTISEMENT
Mata uang virtual ini telah tumbuh 500 persen hanya di tahun 2017, lebih banyak dibandingkan kelas aset lainnya. Meskipun demikian bitcoin sangatlah volatil, sempat tercatat naik 26 persen dan turun 16 persen berturut-turut dalam sehari.
Pada hari Jumat yang lalu, bitcoin tercatat diperdagangkan pada USD 6.000,10 di platform BitStamp, yang saat perdagangan dibuka berada pada level USD 5.964,24 atau naik 4,7 persen.
Bitcoin adalah mata uang digital yang dapat digunakan sebagai investasi atau pun sebagai pondasi untuk aplikasi di masa depan lewat teknologi blockchain yang mendasarinya.
Analis berpendapat ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga bitcoin pada hari Jumat.
Charles Hayter, pendiri dari situs analisis data Cryptocompare di London mengatakan harapan bahwa Tiongkok akan melenturkan aturannya terkait mata uang virtual menjadi penyebab melonjaknya harga.
ADVERTISEMENT
“Seiring memudarnya kekhawatiran terhadap Tiongkok, harga mulai terlepas dari kungkungan dan didorong oleh permintaan dari pembeli yang mulai masuk ke pasar,” jelas Hayter.
Selama musim panas, Tiongkok telah melarang praktik penggalangan dana lewat penjualan token kepada masyarakat yang dikenal sebagai Initial Coin Offering (ICO). Pemerintah Tiongkok juga menutup bursa perdagangan mata uang digital.
Namun, banyak yang percaya bahwa sikap Tiongkok ini hanya sementara.
“Tiongkok tidak akan mau ketinggalan dalam hal pasar mata uang virtual atau pun pengembangan dari pemanfaatan blockchain secara umum,” kata Jason English yang merupakan wakil presiden Protocol Marketing di Sweetbridge, sebuah aliansi global berkantor di Swiss yang ingin menggunakan blockchain untuk menciptakan rantai pasok yang cair.
“Sebanyak 60 persen dari penambangan bitcoin berlangsung di Tiongkok, dan sehingga banyak investasi besar dari proyek ICO juga berdatangan dari pemilik mata uang virtual di Tiongkok baik langsung maupun tidak,” tambah English.
ADVERTISEMENT
Bagian besar dari lonjakan bitcoin adalah kegandrungan terhadap ICO, yang meledak jumlahnya tahun ini. Bitcoin dan ether, mata uang virtual lainnya digunakan untuk membeli token dari ICO.