Facebook Perkuat Pemeriksa Fakta Jelang Pemilu Parlemen Uni Eropa

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
19 Maret 2019 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Facebook (Foto: Reuters)
Facebook berencana meningkatkan upayanya melawan misinformasi menjelang pemilu Parlemen Eropa di bulan Mei dan bekerjasama dengan lembaga berita Jerman DPA untuk memperkuat pemeriksaan faktanya, demikian disampaikan seorang pejabat Facebook hari Senin.
ADVERTISEMENT
Facebook berada dalam tekanan di berbagai negara sejak pemilu Amerika tahun 2016 untuk menghentikan penggunaan akun palsu dan praktik penipuan lainnya untuk mengarahkan opini publik.
Uni Eropa bulan lalu menuduh Google, Facebook, dan Twitter gagal memenuhi janjinya melawan berita palsu menjelang pemilu Eropa setelah secara sukarela menandatangani kode etik untuk membendung regulasi.
Hari Senin Facebook mengatakan sedang mengatur pusat operasinya yang akan digawangi 24 jam sehari oleh programer, saintis data, peneliti dan pakar kebijakan, serta berkoordinasi dengan organisasi eksternal.
“Mereka akan secara proaktif mencoba mengidentifikasi ancaman yang muncul sehingga dapat diambil tindakan sesegera mungkin,” kata Tessa Lyons, pimpinan integritas news feed Facebook yang dikutip Reuters.
Facebook juga mengumumkan kerjasamanya dengan lembaga berita terbesar Jerman DPA untuk membantu memeriksa akurasi dari kiriman konten, memperkuat Correctiv yang merupakan lembaga nirlaba jurnalis investigasi yang telah menandai berita palsu bagi Facebook sejak Januari 2017.
ADVERTISEMENT
Mereka juga akan melatih 100.000 mahasiswa di Jerman untuk literasi media dan berusaha menyetop iklan berbayar yang disalahgunakan untuk kepentingan politik.
Jerman sendiri telah secara proaktif berupaya memberantas ujaran kebencian di internet, mengimplementasikan undang-undang yang memaksa perusahaan menghapus konten ofensif dengan ancaman denda mencapai 56,71 juta dolar AS.