news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kesal dengan Twitter , User Arab Saudi Gabung Platform Pro-Trump

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
14 Juni 2019 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Twitter (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Twitter (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
200.000 pengguna yang diyakini berasal dari Arab Saudi dan frustrasi terhadap perbuatan yang mereka sebut penyensoran oleh Twitter, telah berbondong-bondong membuat media sosial Parler mengalami crash.
ADVERTISEMENT
Kedatangan tak terduga akun-akun baru ini sejak hari Minggu telah menaikkan dua kali lipat jumlah pengguna Parler dan melumpuhkan beberapa fungsinya, terang CEO dan co-founder John Matze kepada Reuters.
Arus pengguna baru telah menciptakan kelompok yang terbilang ganjil di Parler, yang kebanyakan diisi oleh pendukung Donald Trump setelah mereka berdiri tahun lalu.
Analisis oleh Reuters dan Citizen Lab, menemukan bahwa banyak dari pengguna baru berasal dari Arab Saudi. Mereka mempromosikan penggunaan Parler dengan menggunakan tagar di Twitter, yang mereka tuduh membungkam ekspresi dangan cara membekukan akun pengguna.
"Gerakan nasionalis di Arab Saudi telah mengetahui bahwa perusahaan besar teknologi melakukan sensor terhadapnya dengan kadar yang belum pernah terjadi di Amerika," tulis Parler di akun sendiri. "Mari kita sambut mereka untuk bersama-sama memperjuangkan hak kita."
ADVERTISEMENT
Twitter menolak berkomentar apakah platformnya telah mengambil tindakan terhadap akun-akun Saudi yang dapat memicu arus pengguna di Parler. Tidak jelas berapa pengguna baru Parler berhenti menggunakan Twitter.
Beberapa akun baru Parler menulis tagar #Twexit atau membagikan kartun berisi burung biru yang sedang kesusahan, menggunakan logo Twitter untuk menyampaikan kemerosotan platform tersebut.
Pengguna lain mencuitkan ancaman untuk keluar dari Twitter secara langsung ke CEO Jack Dorsey.