Peneliti: Bot Berperan Penting dalam Membodohi Masyarakat dengan Hoax

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
8 Agustus 2017 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peneliti: Bot Berperan Penting dalam Membodohi Masyarakat dengan Hoax
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Hoax (Foto : Daily Caller)
Salah satu problem yang paling mengganggu di dunia maya adalah kencangnya penyebaran berita palsu (hoax) yang menjadi viral di media-media sosial. Hoax-hoax ini disebarkan bukannya tanpa tujuan. Manipulasi terhadap sentimen pasar saham, pemilihan umum, atau hal-hal politis lainnya.
ADVERTISEMENT
Yang paling hangat tentunya pemilihan gubernur DKI silam.
Membanjirnya hoax seperti ini memunculkan kebutuhan untuk membatasi diseminasi atau penyebaran mereka. Namun sebelum itu, kita perlu mengetahui jawaban dari pertanyaan yang lebih mendasar: bagaimana sebenarnya hoax bisa menyebar?
Peneliti-peneliti dari Indiana University mencoba menawarkan sebuah jawaban.
Mereka telah mempelajari secara sistematis bagaimana hoax menyebar di Twitter dan menyediakan sebuah jendela untuk melongok ke dalam dunia yang amburadul tersebut.
Hasil penelitian mereka memberikan beberapa strategi yang bisa dipakai untuk menghalau hoax.
Peredaran hoax telah sangat kencangnya baik yang memang nyata kebohongannya atau pun yang bersifat salah mengarahkan (misleading). Beberapa organisasi independen yang bertujuan untuk memeriksa fakta-fakta di lapangan telah berdiri sebagai bentuk usaha melawan hoax. Di antaranya adalah snopes.com, politifact.com, dan factcheck.org di AS.
ADVERTISEMENT
Situs-situs tersebut membuat daftar situs yang rutin menyebarkan hoax; yang sekarang berjumlah 122 alamat. Situs ini misalnya theonion.com, politicususa.com, breitbart.com, dan infowars.com.
“Kami memasukkan juga situs-situs satir sebab banyak situs berita palsu melabeli konten mereka sebagai satir, yang membuat pemisahannya menjadi sulit,” kata Shao, salah seorang peneliti yang diwawancara MIT Review.
Shao dan rekan-rekannya memonitor 400.000 klaim yang dibuat oleh situs-situs tersebut dan mempelajari bagaimana mereka menyebar lewat Twitter. Untuk penelusuran tersebut, tim peneliti mengumpulkan 14 juta kicauan yang menyebutkan klaim-klaim yang ada.
Pada waktu bersamaan, mereka juga memonitor 15.000 tulisan yang dibuat oleh situs pemeriksa terpercaya dan sekitar sejuta kicauan yang menyebutkan tulisan-tulisan tersebut.
Selanjutnya, Shao dan rekan-rekannya meninjau akun Twitter yang menyebarkan berita tersebut, mengumpulkan kurang lebih 200 kicauan paling baru. Dengan cara ini, mereka dapat mempelajari perilaku akun saat mengeluarkan kicauan dan mengkalkulasi apakah akun tersebut bot atau bukan.
ADVERTISEMENT
Setelah mendapatkan penilaian bagaimana perilaku baik dari bot maupun manusia, tim peneliti melihat bagaimana bot dan manusia menyebarkan berita palsu maupun berita yang faktanya terverifikasi.
Mereka menggunakan dua platform untuk melakukan semua ini. Yang pertama adalah Hoaxy, yang mentrack klaim berita-berita palsu, yang kedua Bolometer yang bertugas memastikan akun Twitter yang diperiksa adalah bot atau bukan.
Hasilnya sangat menarik.
“Akun yang secara aktif menyebarluaskan misinformasi besar kemungkinanya adalah bot,” kata Shao.
“Bot sosial memainkan peran penting dalam penyebaran berita palsu.”
Shao dan rekan-rekannya mengatakan bot mempunyai peran signifikan dalam penyebaran berita palsu sesaat setelah beritanya tayang. Selain itu, bot-bot ini diprogram untuk melancarkan kicauan mereka kepada akun-akun berpengaruh.
Strategi yang cerdas. Informasi akan dengan cepat menjadi viral ketika melalui noktah-noktah yang terkoneksi tinggi di jejaring sosial. Sehingga mengincar akun berpengaruh adalah startegi penting. Manusia sangat mudah dikelabui oleh akun yang diotomatisasi dan secara tak disadari menyebarkan berita palsu.
ADVERTISEMENT
“Hasil ini menyimpulkan bahwa pengekangan terhadap bot sosial dapat menjadi strategi efektif untuk mitigasi kekacauan yang disebabkan penyebaran misinformasi di dunia maya,” kata Shao.
Kesimpulan yang menarik, namun bagaimana langkah konkritnya masih belum cukup jelas.
Salah satunya bisa dilakukan dengan melarang tipe bot sosial tertentu.Namun ini adalah jalan yang cukup berkelok. Ada banyak jenis bot sosial yang memainkan peran penting untuk menyebarkan informasi yang terlegitimasi.
Dengan demikian, waspadalah jika ada akun di media sosial kita yang senang menyebarkan hoax. Bisa jadi dia adalah bot!