Perluasan Penyelidikan Skandal Cambridge Analytica Jatuhkan Saham Facebook

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
5 Juli 2018 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perluasan Penyelidikan Skandal Cambridge Analytica Jatuhkan Saham Facebook
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Facebook (Foto : Reuters)
Saham Facebook hari Selasa diberitakan Reuters turun 2 persen menyusul keluarnya laporan hasil penyelidikan badan federal terkait kebocoran data Cambridge Analytica yang akan melibatkan lebih banyak lembaga pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Saham tersebut turun 2 persen ke 193,36 dolar AS per lembarnya dalam sesi perdagangan pagi di Nasdaq, menghilangkan hampir 12 milyar nilai valuasi pasar dari perusahaan.
Dalam tujuh hari perdagangan setelah pecahnya berita skandal Cambridge Analytica, saham Facebook kehilangan hingga 18 persen nilainya, namun telah berhasil naik 27 persen sejak kehilangan tersebut.
Facebook menghadapi kecurigaan kuat seputar skandal Cambridge Analytica, yang menyebabkan jutaan pengguna datanya diakses oleh konsultan politik tersebut.
Pihak Federal Bureau of Investigation (FBI), Securities and Exchange Commission (SEC), dan Federal Trade Commission (FTC) telah bergabung dengan Department of Justice (DOJ) dalam rangka penyelidikan terhadap kedua perusahaan serta kebocoran data pribadi 71 juta warga negara Amerika, berdasarkan laporan harian Washington Post.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Facebook kepada Reuters menyatakan pihaknya bertindak kooperatif dengan pejabat di Amerika, Inggris dan negara-negara lain.
“Kami memberikan kesaksian publik, menjawab pertanyaan, dan berjanji akan meneruskan asistensi kami terhadap kerja lembaga berwenang,” terang jubir yang dikutip Reuters.
Pertanyaan dari penyelidik federal berpusat pada informs apa saja yang diketahui Facebook tiga tahun lalu dan mengapa mereka tidak mengungkapnya ketika itu kepada para pengguna dan investor, terang Washington Post.