VAR dan Sejarah yang Bisa Berubah

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
29 Januari 2020 4:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Momen sesaat sebelum Maradona melesakkan bola ke gawang Inggris dengan tangannya. Akan lain ceritanya dengan adanya teknologi VAR (Foto: bbc.co.uk)
Bagi para penikmat bola, kontroversi sudah dianggap sebagai bagian dari permainan. Kontroversi bisa menyenangkan atau menyebalkan tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. Bagi tim yang diuntungkan, keputusan kontroversial akan dianggap berkah. Sementara itu di sisi sebaliknya, keputusan yang sama bisa diingat seumur hidup. Seperti kejadian di perempat final Piala Dunia 1986.
ADVERTISEMENT
Saat itu, timnas Argentina yang dipimpin sang legenda Maradona berhadapan dengan timnas Inggris yang dikapteni Peter Shilton. Rivalitas yang terbangun akibat kejadian di Piala Dunia 1966 semakin menjadi akibat perang Malvinas di kepualauan Falkland pada tahun 1982. Suasana kian memanas setelah pendukung kedua tim terlibat baku hantam sebelum pertandingan. Suasana riuh langsung terasa sejak peluit pertama dibunyikan wasit Ali Bin Nasser. Seratus ribu lebih penonton di stadion Azteca, dan jutaan lainnya di televisi jadi saksi pertandingan akbar tersebut.
Babak pertama dimulai, Argentina langsung menunjukkan dominasinya. Pergerakan Maradona di lini tengah dan depan, benar-benar menyulitkan barisan pertahanan The Three Lions, julukan tim Inggris. Sesekali Inggris membahayakan pertahanan Argentina lewat serangan-serangan balik. Namun, hingga babak pertama berakhir, tak ada gol yang tercipta.
ADVERTISEMENT
Drama baru terjadi di babak kedua. Argentina yang terus menekan Inggris mendapat kesempatan emas di menit ke-51. Berawal dari pergerakan Maradona di lini tengah, Maradona mengecoh beberapa pemain sebelum mengirim umpan ke Jorge Valdano di dekat kotak penalti Inggris. Bola tersebut gagal dikontrol dengan baik oleh Valdano, dan coba dibuang oleh pemain sayap Inggris Steve Hodge. Sial bagi Inggris, bola buangan Hodge justru mengarah ke gawang sendiri. Peter Shilton bergerak menyongsong bola tersebut, Maradona juga coba menggapai bola tersebut. Lalu, terjadilah peristiwa yang sampai saat ini kita kenal dengan “Gol Tangan Tuhan”.
Penonton bersorak, pemain Inggris melayangkan protes keras pada sang pengadil. Dari tayangan ulang, jelas terlihat bahwa Maradona menyentuh bola dengan tangannya. Meski demikian, keputusan wasit tak berubah. Lain halnya jika peristiwa tersebut terjadi di zaman sekarang. Pasalnya, sejak 2016 sistem VAR (Video Assisted Referee) atau Asisten Wasit Video mulai diperkenalkan. Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Russia pun telah menggunakan sistem VAR.
ADVERTISEMENT
Dengan sistem tersebut, wasit punya kesempatan untuk me-review video sebelum mengambil keputusan terakhir terhadap kejadian yang berpegaruh besar terhadap pertandingan. Dalam kasus ini, tentu saja “Gol Tangan Tuhan” yang legendaris itu tak akan terjadi. Gary Lineker pun berseloroh dalam sebuah wawancara di The Guardian, “Jika saat itu sudah ada VAR skor saat itu akan menjadi 1-0 untuk kita (Inggris) dan aku yang mencetak gol kemenangan. Hari yang bahagia.”