
“MATI!” sentak Hana.
Hana berlari. Tubuhnya membungkuk dan kedua tangannya menyentuh tanah. Ia melompat-lompat seperti kera ke arah halaman belakang. Hana menabrak semua benda di depannya hingga jatuh dan terpecah-belah. Sontak kami semua bangun dan mengejarnya.
Sesekali Hana menoleh dengan wajah mengerikan. Bola matanya putih total, suaranya menggeram, otot-otot wajahnya seperti tertarik ke belakang dan menampilkan deretan gigi-gigi serupa taring.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814