Pemilu dan Ujian atas Kesaktian Pancasila

Bahren
Dosen Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
2 Oktober 2023 8:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bahren tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Garuda Pancasila. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Garuda Pancasila. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Baru saja sehari kita merayakan hari Kesaktain Pancasila, tepatnya 01 Oktober 2023. Hari yang dijadikan sebagai tonggak lulusnya Pancasila dari sebuah ujian besar dengan terjadinya peristiwa 30 September 1965. Pancasila sebagai dasar negara saat itu oleh Partai Komunis Indonesia ingin diganti dengan idiologi komunis.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sehari setelah peristiwa G30S/PKI seluruh masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Tahun ini pun, peringatan itu juga dilaksanakan dengan menaikan bendera setengah tiang dan mengadakan upaca bendera peringatan hari Kesaktian Pancasila.
Setelah lulus, ujian ketika masa PKI dengan Orde lama, pada Mei 1998 kembali pancasila diuji kesaktiannya. Memang ujian kali ini bukan lagi persoalan ingin mengubah idiologi bangsa atau dasar negara Pancasila menjadi idiologi lainnya.
Namun, lebih kepada ujian atas pengamalan nilai-nilai dan ajaran-ajaran dalam sila-sila yang ada. Pada massa itu (Mei 1998) masyarakat merasakan bahwa kepemimpinan Orde Baru yang telah begitu lama bahkan sangat lama tidak lagi cocok dengan nilai-nilai yang ada dalam pancasila.
Mantan Presiden Indonesia Soeharto dikediamannya, di Jakarta, 8 Maret 2000. Foto: Agus Lolong/AFP
Berbagai krisis terjadi, berbagai kerusuhan pun terpicu di hampir semua pelosok negeri. Puncaknya pada 21 Mei 1998 Presiden Suharto menyatakan mundur dari jabatannya. Dan dimulai lah era baru yang disebut dengan era reformasi. Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan bangsa masih tetap menjadi dasar negara.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah dengan kedua kejadian itu Pancasila telah dianggap sebagai dasar negara yang benar-benar sakti. Jawabnya bisa saja ia bisa juga tidak. Ujian terberat untuk kesaktian Pancasila berikutnya adalah Pemilu (Pemilihan Umum).
Kegiatan yang diadakan rutin setiap lima tahun ini juga merupakan ujian atas kesaktian Pancasila. Lima sila yang ada dalam pancasila akan diuji dan dijadikan isu dalam berbagai kampanye partai politik dan calon legislatif.
Apakah isu-isu ketuhanan dan agama masih menjadi isu yang seksi untuk dijadikan sebagai modal dalam menjatuhkan lawan atau justru dapat meningkatkan elektabilitas. Jika isu tentang agama dan ketuhanan menjadikan pemilu berjalan lancar maka bisa dianggap pancasila masih sakti terhadap isu-isu sara.
Ilustrasi kampanye hitam Foto: thinkstock
Kemudian isu-isu tentang kemanusiaan yang adil dan beradap. Apakah konsep adil dan beradap juga digunakan oleh partai dan caleg untuk memenangkan pemilihan diberbagai wilayah. Apakah politik uang dan serangan fajar dapat dihindari oleh partai-partai dan caleg-caleg mereka?
ADVERTISEMENT
Jika mereka masih menghalalkan cara-cara kotor dengan memainkan kampanye hitam dan serangan fajar menggunakan uang dan pembagian sembako. Maka mereka telah menodai pancasila yang setiap 1 oktober diperingatinya sebagai hari kesaktian pancasila.
Isu persatuan sebagai isi dari sila ketiga. Jika partai-partai politik dan calon legislatif mulai dari tingkat daerah hingga pusat bermain-main dengan isu persatuan ini, maka siap-siaplah mereka untuk kalah dan tidak mendapatkan kursi.
Jika masih membeda-bedakan antara pribumi dan non pribumi, mayoritas dan minoritas maka partai dan caleg tersebut tidak berhak untuk dipilih dan dijadikan wakil dalam pemilu kali ini.
Ilustrasi Garuda Pancasila. Foto: Shutter Stock
Sila keempat yang menyatakan bahwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikat kebijaksanaan dalam permusyarwaratan dan perwakilan. Artinya jika partai dan caleg sudah dipercayai oleh rakyat untuk mewakili mereka duduk di parlemen hendaknya dalam mengambil keputusan penuh dengan kebijaksanaan bukan berdasarkan kebijakan.
ADVERTISEMENT
Para wakil rakyat hendaknya mendengar dan melaksanakan aspirasi dari para pemilihnya ketika kampanye. Ketiak sudah duduk di parlemen para legislator hendaknya benar-benar menjadi wakil rakyat bukan lagi petugas partai. Inilah ujian atas kesaktian pancasila yang berikutnya.
Sementara sila kelima berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pertanyaan dari sila kelima ini setelah pemilu adalah, apakah partai-partai pemenang pemilu selama ini, para legislator yang terpilih dan duduk di parlemen telah menjalankan amanat untuk berbuat adil bagi seluruh rakyat Indonesia?
Jika belum dan masih berbuat adil untuk keluarga dan kolega maka anda adalah orang-orang yang telah mencoba untuk merusak Pancasila dari kesaktiannya.