Penculikan Hoax Pembelajaran untuk Selektif Sebelum Menyebar Informasi

16 September 2017 9:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KPAI Sambangi SD N 01 Pagi Tanjung Duren (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
KPAI Sambangi SD N 01 Pagi Tanjung Duren (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
ADVERTISEMENT
Rekaman cerita seorang siswa SD 01 Tanjung Duren, Jakarta Barat, perihal upaya penculikan terhadapnya menjadi viral. Polisi yang melakukan penyelidikan menemukan bahwa cerita tersebut tak benar.
ADVERTISEMENT
Pasca pengungkapan ini, pada Jumat (15/9) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyambangi sekolahan tersebut. Mereka bertemu dengan pihak sekolah agar kasus ini tidak menjadi bahan untuk mem-bully si anak tersebut.
"Ada satu poin penting bahwa ananda yang berada di dalam video itu sudah memberi inspirasi sebenarnya kepada kita semua tentang ketika menghadapi penculikan atau ketika menghadapi orang yang tidak dikenal ingin melakukan sesuatu yang mengancam, kita bisa melakukan tindakan seperti menggigit kemudian berlari dan meminta tolong," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti, Jumat (15/9).
"Ini sebenarnya ada satu hal positif yang bisa dipelajari oleh anak-anak lain," lanjutnya.
Di lain sisi, dalam kasus ini dia meminta agar para orang tua dan orang dewasa untuk selektif saat mendapatkan sebuah informasi. Dia meminta jangan mudah menyebarluaskan informasi yang tidak benar.
ADVERTISEMENT
"Ada perasaan info seneng, dapet info ini disampaikan ke temen seolah-olah kita mendapat info yang pertama. Tolong, jadi imbauannya itu seleksi ada di dalam diri dan lingkungan sendiri. Sehingga itu betul-betul menjadi pijakan ketikan menerima informasi," ujar Retno.
Ilustrasi Penculikan  (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penculikan (Foto: Shutterstock)
Dalam kejadian cerita upaya penculikan ini, menurutnya memiliki dampak psikolgis kepada siswi SD berinisial PSI. Oleh karena itu, KPAI bersama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) akan memberikan pendampingan psikologis kepada PSI.
"(PSI) Butuh bantuan psikologis, jadi kami akan lakukan pendampingan psikologi itu dan akan berkoordinasi dengan P2TP2A untuk punya program khusus untuk memulihkan PSI dan semoga PSI bisa melewati hidup, karena dia kan korban orang tua yang bercerai dan tidak tinggal dengan ayah atau ibunya," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Jadi sebagai orang dewasa kita butuh sudut pandang yang dewasa, berat lho menghadapi hidup seperti itu," tambah Retno.