Di tengah hujan deras, Sukarno tiba di Desa Cibogel, Bogor. Orang mengelu-elukan. Tetapi, ia bergegas diantar Barisan Banteng yang dipimpin Marsono ke hulu Cisadane. “Aku ingin yang bulat besar itu,” kata Sukarno.
Hari itu 11 Januari 1943. Tepat dua tahun meninggalnya MH Thamrin . Perlu seminggu batu seberat hampir dua ton yang ditunjuk Sukarno dapat diangkat. Batu inilah yang ia rancang menjadi nisan makam Thamrin di Karet, Jakarta. Ia menyebut alasannya, “Batu asli itu lambang kekuatan alam, tak lekang oleh panas tak lapuk karena hujan, demikian semangat Thamrin membela kebenaran, harus tahan tak lenyap ditelan zaman.”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814