Bagaimana jadinya kalau mitos digunakan untuk melihat sejarah?
Sejarawan Taufik Abdullah pernah menjawabnya. Ia menggunakan perumpamaan salah satu episode cerita Mahabharata, yaitu ketika para Pandawa yang masih belia belajar memanah. Dikisahkan bahwa ketika mereka disuruh memanah burung yang bertengger di ranting pohon, sang guru terlebih dulu bertanya satu persatu, apakah yang mereka lihat? Bergantian kelima saudara itu menjawab. Ketika sampai gilirannya, Arjuna mengatakan bahwa ia hanya melihat kepala burung. Lantaran perhatiannya yang penuh dan total untuk mencapai sasaran, Arjuna tidak melihat yang lain. Ia tidak sempat memperhatikan badan burung, apalagi ranting tempat burung bertengger.
Sejarawan senior itu sedang mengatakan demikian jadinya ketika mitos digunakan untuk melihat sejarah. Yang tampak hanyalah peristiwa yang telah dimitoskan. Tidak kelihatan lagi yang lain-lain. Tentu saja ini disengaja, sebab hanya dengan begitu tujuan dan keinginan menonjolkan suatu nilai atau tokoh yang dilekatkan kepada peristiwa itu terjamin; meskipun pengetahuan sejarah—apalagi kearifannya—akan tertinggal.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814