Menilik Kepemimpinan Demokrasi Abraham Lincoln

Joeheru Dwitirta
Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia.
Konten dari Pengguna
13 Desember 2021 20:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Joeheru Dwitirta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat saat ini sebagai negara super power yang dilihat dari kekuatan militer, teknologi, politik, hingga perekonomian yang hebat. Negara pemilik patung liberty yang menjadi simbol dari kebebasan di mana sesuai dengan bentuk pemerintahan Amerika Serikat yang demokrasi liberal. Jika mengulas balik ke belakang, gerakan pro-demokrasi di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Abraham Lincoln sebagai presiden Amerika Serikat ke-16 pada tahun 1861.
ADVERTISEMENT
Abraham Lincoln lahir pada tanggal 12 Februari 1809 di sebuah gubuk dengan kedua orang tuanya miskin dan tidak berpendidikan. Sedari kecil Ia berjuang agar bisa mengenyam pendidikan, namun hanya bertahan selama setahun. Kemudian Ia berjuang keras dan membantu pemasukan keluarga dengan bekerja sebagai pemotong kayu, tentara, kelasi di kapal-kapal sungai, juru tulis, mengurus kedai, kepala kantor pos, pengacara, dan akhirnya saat usia 52 tahun Ia menjadi Presiden Negara Paman Sam yang berhasil membebaskan perbudakan.
Abraham Lincoln yang dikenal sebagai bapak demokrasi juga memiliki gaya kepemimpinan yang revolusioner. Pengalaman, keberanian, dan karismatik yang begitu dihormati mampu memberikan kebebasan kepada para budak. Pada masa kepemimpinan Ia mampu mendapatkan persetujuan dari House of Representatives untuk mengubah konstitusi yang berkaitan dengan pembebasan perbudakan serta kesetaraan. Hal ini sejalan dengan konsep kepemimpinan global yang menganggap pemimpin mampu membangun kepercayaan untuk mengubah struktur organisasi.
sumber : pixabay.com
Abraham Lincoln juga memiliki kepemimpinan karismatik, Ia melakukan proklamasi emansipasi yang telah membebaskan lebih dari 3 juta budak dan menyusun kembali Perang Saudara sebagai perang melawan perbudakan. Setelah perang saudara selesai selama 4 tahun, ia kemudian membuat konstitusi dengan harapan tidak adanya perbudakan serta kebebasan hidup bagi warga negara Amerika Serikat. Untuk menciptakan itu Ia perlu terjun langsung untuk mendengar kebutuhan akan warganya. Maka Ia mengadakan forum untuk berbincang serta berjabat tangan dengan masyarakat. Hal ini sejalan dengan gaya kepemimpinan transformatif dan servant leadership.
ADVERTISEMENT
Saat menjadi presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln memiliki sifat rendah hati dan sederhana. Ia mendengar kritikan dan tidak membuat takut orang lain untuk menyampaikan opini. Ia juga bukan seorang pemimpin yang mementingkan dirinya. Tidak hanya itu saja Abraham Lincoln dipercaya oleh setiap rakyat bahwa Ia memiliki kemampuan untuk membawa perubahan yang positif. Dengan begitu Ia diberikan kedudukan sebagai Presiden Amerika Serikat, seperti halnya konsep kepemimpinan power influence dan trait approach yang berhasil menciptakan seorang pemimpin berdasarkan perilaku. Berdasarkan konsep kepemimpinan behavioral approach, Abraham Lincoln hingga akhir hayat Ia berhasil untuk mendeklarasi kemerdekaan dari kesetaraan di Amerika Serikat yang berarti khusus bagi para budak. Ia akhirnya dibunuh saat menonton teater dan pembunuhan ini menjadi catatan sejarah sebagai presiden pertama yang dibunuh.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Hughes, R., Ginnett, R. C., & Curphy, G. J. (1996). Leadership. Chicago, Irwin.
Oates, S. B. (1984). Abraham Lincoln: The man behind the myths (p. 240). New York: Harper & Row.
Pinem, W., & Puspasari, P. (n.d.). Abraham Lincoln Sebagai Pemimpin. Seni Berpikir. Retrieved December 13, 2021, from https://www.seniberpikir.com/abraham-lincoln/