news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Guru 4.0: Antara Harapan dan Kenyataan

Sri Kuswayati
Sri Kuswayati a.k.a Ummi Aleeya merupakan founder Joeraganartikel dan Dosen IT di Bandung
Konten dari Pengguna
29 Juli 2021 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Kuswayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Guru 4.0 (source : unplas.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Guru 4.0 (source : unplas.com)
ADVERTISEMENT
Guru 4.0 menjadi sebuah keniscayaan dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi serta kemudahan akses internet. Berdasarkan data yang diumumkan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah pengguna internet pada tahun 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kini, guru bukan lagu satu-satunya tempat siswa belajar hal baru. Kemudahan akses informasi memungkinkan siswa memperoleh ilmu melalui media internet jauh lebih cepat dari yang diperoleh di kelas. Jawaban mengenai banyak hal dapat diperoleh hanya dengan mengetik di mesin pencari.
Era revolusi industri 4.0 yang hadir sebagai era disruptif, ada banyak profesi akan hilang dan tergantikan. Termasuk salah satunya adalah profesi pengajar alias guru. Keberadaan teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan juga variasi media pembelajaran yang khas generasi milenial, membuat profesi guru terkucilkan. Apakah yang harus dilakukan agar tercipta guru 4.0?

Guru 4.0, mungkinkah?

Kemajuan teknologi informasi dan akses internet memang belum merata di Indonesia. Kenyataan ini tidak menjadikan dunia pendidikan Indonesia berleha-leha menganggap kegiatan belajar mengajar tak akan mengalami perubahan. Situasi pandemi saat ini, menjadi tantangan tersendiri bagaimana para guru dapat berperan lebih maksimal di tengah keterbatasan yang ada.
ADVERTISEMENT
Bagi wilayah yang sudah lebih mudah memperoleh akses internet, kehadiran teknologi ini memudahkan kegiatan pembelajaran. Siswa bisa mengakses aneka sumber belajar di internet dan bertanya langsung pada pakar.
Untuk itu, kehadiran Guru 4.0 sangat dibutuhkan. Salah satu syaratnya adalah guru tersebut menguasai literasi digital. Karena tanpa itu, guru akan menjadi sosok yang tertinggal. Kalah cepat dengan siswa yang lahir di zaman teknologi ini. Selain itu, guru harus mampu menempatkan dirinya menjadi juru kendali yang mampu memberikan arahan DO dan DO NOT dalam akses aneka sumber belajar. Siswa perlu diberikan arahan etika pembelajaran di era industri 4.0, hal yang tak bisa digantikan oleh robot.
Guru harus menjadi sosok yang menempatkan diri sebagai partner belajar siswa. Peran guru adalah panutan dalam penggunaan media digital secara bijak. Karena bagaimanapun tidak semua informasi di internet dapat dijadikan sumber rujukan belajar yang valid. Di sinilah peran guru 4.0 sebagai pengarah dan motivator belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Tantangan Guru 4.0
Tantangan yang muncul bagi guru 4.0 adalah keterbatasan infrastruktur di pedesaan. Jika demikian kondisinya maka guru harus bisa memaksimalkan media yang ada untuk mempersiapkan siswa setara dengan mereka yang memiliki akses internet lebih luas.
Dalam hal ini, guru harus mampu menyediakan waktu lebih banyak untuk mengakses informasi terkait pembelajaran yang akan disampaikan di kelas. Guru harus mampu menumbuhkan sifat kritis, inovatif dan kolaboratif dengan keterbatasan media yang ada.
Di lain pihak, peran pemerintah untuk bekerja keras menyediakan infrastruktur tak kalah pentingnya. Hal tersebut dilakukan guna menghindari ketimpangan proses pembelajaran antar wilayah.
Terlepas dari itu semua, peran guru sebagai sosok panutan adalah di atas segalanya. Guru yang tak hanya menunaikan tugas mengajar saja, melainkan guru yang memberikan dasar keilmuan, agama, etika yang tak akan bisa tergantikan oleh mesin atau robot sekalipun. Salam semangat untuk para guru.
ADVERTISEMENT