Semangat! Aku Pasti Bisa

Joevita Aurora
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
15 Juli 2021 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Joevita Aurora tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seperti pada anak SMA biasanya yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, aku juga seperti itu. Sebagai orang yang bukan berasal dari keluarga berada, kesempatan untuk berkuliah memang sulit. tetapi bukan berarti putus semangat, tentu saja itu menjadi tantangan sendiri agar dapat membanggakan keluarga.
Ilustrasi belajar. Dok. Freepik
Namun, manusia boleh berencana, tetapi yang menentukan tetaplah Tuhan. Aku tidak diterima di perguruan tinggi yang kudaftarkan, serasa tamparan keras membangunkan dari imajinasi. Aku ingat bagaimana kekecewaan melanda diriku, sampai-sampai aku berkata dalam hati… jika Tuhan memang ada, tolong berikan aku kesempatan lagi.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan telepon mengatakan bahwa, aku lolos tahap wawancara 1 di program beasiswa BCA. Aku memang sempat ikut program beasiswa BCA, tetapi karena tidak mendapatkan kabar kupikir itu gagal, ternyata tidak. Aku berhasil lolos ke tahap Wawancara, aku merasa Tuhan memberiku kesempatan.
Hari wawancara datang, aku telah bersiap sedari pagi agar tidak terlambat. Semua orang di rumah membantu dan memberi semangat agar lolos ke tahap selanjutnya. Hatiku berdebar-debar, ini kali pertama bagiku mengikuti wawancara, sekadar belajar dari internet sehingga tidak salah kaprah.
Setelah menunggu, giliran aku untuk di diwawancara tiba. Aku berusaha dengan maksimal menjawab pertanyaan yang diberikan, hingga selesai. Pihak BCA akan memberi kabar dalam 1-2 minggu lagi, akupun beranjak pergi dan pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
Dan sekali lagi takdir berkata lain, sekali lagi aku gagal. Pihak BCA memberi kabar kalau aku tidak lolos ke tahap berikutnya. Aku hampir menangis, tetapi semua itu kutahan. Lebih baik aku menangis sendiri daripada dilihat oleh orang banyak. Aku berkata dalam hati.. Apakah usahaku kurang selama ini? Apa Tuhan tidak melihat semua perjuanganku?
Semua pikiran negatif datang dalam serentak aku menjadi sering menangis ketika malam. Bahkan, aku jadi jarang berdoa. Hingga pikiran itu datang saat melihat kesusahan orang tua dalam menyekolahkanku, aku tak bisa diam begini. Setidaknya aku bisa mengulang tahun depan, sekarang demi membantu keuangan keluarga aku harus mencari pekerjaan.
Dan berhasil, aku diterima sebagai cook helper di salah satu restoran di Jakarta Pusat. Awalnya tidak mudah bagiku untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja, pulang malam dan berangkat pagi memang sulit akan tetapi aku bisa mengatasi ini semua. Ini bukanlah seberapa dibandingkan rasa kecewa ketimbang ditolak perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Aku paham berjalan lebih lambat dari yang lain tidaklah mudah, terkadang kepercayaan diri ikut menurun. Itu berat dan tidak apa untuk beristirahat sebentar, tetapi setelah itu berpikirlah cara untuk bangkit. Tuhan pasti melihat itu semua dan memberikan bantuan dalam berbagai jalan yang tak mungkin dipikirkan. Jadi, semangat asalkan kita percaya pasti semua tercapai! (Joevita Aurora/ Politeknik Negeri Jakarta)