Apa yang Terjadi Pada Akun Media Sosial Saat Pemiliknya Meninggal?

14 Agustus 2017 7:10 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Media sosial adalah kehidupan bermasyarakat secara digital, di mana satu pengguna dengan pengguna lainnya bisa bertukar pesan atau membagikan kegiatan terkini melalui suatu platform. Selain itu, media sosial juga menyimpan berbagai kenangan, mulai dari foto, video, pesan, dan percakapan di dalamnya. Beberapa media sosial yang paling populer digunakan saat ini di seluruh dunia adalah Facebook, Twitter, Instagram, Snapchat, dan Path (populer di Indonesia). Jejak digital kita akan terekam selama mengunggah berbagai hal di media sosial, tapi pernahkah terpikir olehmu apa yang akan terjadi pada akun itu saat kamu meninggal nanti? Rupanya, masing-masing platform menerapkan kebijakan terkait situasi tersebut. Seperti apa? Berikut penjelasannya. Facebook
Ilustrasi login Facebook. (Foto: Regis Duvignau/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi login Facebook. (Foto: Regis Duvignau/Reuters)
Media sosial ini adalah penyimpan arsip terbesar dari konten yang diunggah, selain mengunggah di profil sendiri, pengguna Facebook juga bisa mengunggah konten di profil temannya. Facebook memiliki kebijakan dan prosedur yang membuat si pengguna bisa mematikan akunnya saat meninggal atau mengubahnya menjadi akun "untuk dikenang". Akun "untuk dikenang" di sini maksudnya adalah profil itu masih bisa dilihat termasuk konten-kontennya selama ini dan teman-teman bisa berbagi kenangan dengan si pemilik akun yang telah tiada. Meski begitu, akun itu nyatanya sudah 'disegel', karena profilnya tidak akan muncul di "People You May Know" atau informasi ulang tahun, juga tidak bisa untuk login. Jika kamu ingin akun itu masih tetap aktif setelah kematianmu, kamu bisa mendaftarkan seorang "pewaris" yang disebut Legacy Contact, seorang pemegang akunmu yang diberikan izin olehmu untuk menggunakannya. Tapi, si pewaris ini hanya bisa mengganti gambar profil dari akun dan juga menerima teman baru. Ia tidak bisa membaca pesan-pesanmu atau membuat perubahan besar dalam akun. Silahkan kunjungi tautan berikut ini untuk jelasnya. Instagram
Instagram. (Foto: Freestocks.org (Public Domain))
zoom-in-whitePerbesar
Instagram. (Foto: Freestocks.org (Public Domain))
Platform media sosial dalam berbagi foto dan video pendek ini sekarang dimiliki oleh Facebook, oleh karena itu kebijakannya pun tak jauh berbeda tapi dengan proses yang lebih sederhana. Akun Instagram yang "dikenang" pada dasarnya dibekukan, berarti tidak seorang pun bisa login ke dalamnya dan juga akun ini tidak akan muncul dalam pencarian apapun. Tapi, semua unggahan foto atau video pendeknya masih akan tetap ada, termasuk informasi, komentar, dan like yang ia lakukan semasa menggunakan akun tersebut. Anehnya, Instagram masih mengizinkan pengguna lainnya untuk mengirimkan direct message dan gambar ke akun "dikenang" tersebut, walau tak ada satu pun yang bisa mengaksesnya. Lalu, siapa yang melihatnya ya? Instagram tidak memiliki pilihan untuk menyerahkan akun itu ke pewaris, tapi pengguna harus memiliki kontak orang terdekat yang memiliki cukup informasi pribadi dan bisa melaporkan jika si pengguna telah tiada. Untuk selengkapnya, bisa dibaca di tautan berikut ini. Twitter
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)
Platform microblogging Twitter memiliki kebijakan yang lebih terbatas dalam menangani akun dari pemilik yang telah meninggal. Kontak dari pemilik akun bisa melaporkan kematiannya ke pihak Twitter dengan cara yang sama seperti di Instagram, tapi hanya untuk mematikan akun tersebut. Twitter tidak memberikan kesempatan kepada siapapun, termasuk keluarga, untuk mengambilalih akun tersebut dan menggunakannya. Lengkapnya bisa dibaca di sini. Snapchat dan Path Snapchat dan Path sama-sama tidak memiliki kebijakan terkait akun media sosial yang ditinggal pemiliknya untuk selamanya. Google
Mesin pencari Google. (Foto: FirmBee/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mesin pencari Google. (Foto: FirmBee/Pixabay)
Di antara berbagai server email terbesar, Google memiliki sebuah fitur bernama Inactive Account Manager. Pengguna bisa menentukan linimasa spesifik (berdasarkan penggunaan sehari-hari) dan jika Google mendeteksi akunnya tidak aktif, mereka akan memberikan peringatan kepada kontak terpercaya yang telah dipilih pengguna. Pemilik akun bisa memilih data Google apa saja yang ingin dibagikan kepada mereka (email, dokumen, akun YouTube) lewat fitur itu saat nanti dirinya sudah tiada. Lebih jelasnya soal fitur itu bisa baca di sini. LinkedIn
Situs untuk profesional, LinkedIn. (Foto: Robert Galbraith/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Situs untuk profesional, LinkedIn. (Foto: Robert Galbraith/Reuters)
Jangan salah, platform profesional LinkedIn pun memiliki kebijakan terkait kematian dari pemilik akun dalam layanannya. LinkedIn bisa menutup sebuah akun jika mereka memiliki informasi personal mendasar dari si pengguna juga sebuah tautan ke obituarinya, juga nama perusahaan tempat dirinya bekerja terakhir kali. Informasi lengkapnya bisa dibuka di tautan ini. Dari sekian banyak media sosial ini, mungkin kamu ingin mempersiapkan media sosialmu jika "saatnya" sudah tiba nanti. Memang tidak ada salahnya, apalagi jika ada konten sensitif dalam konten atau pertukaran pesan yang terjadi dalam akunmu dan kamu tidak ingin siapapun melihatnya. Untuk mudahnya, mungkin kamu bisa memberikan kontak orang terpercaya untuk mengurus ini nantinya ke berbagai platform media sosial yang digunakan.
ADVERTISEMENT