BTS Telkomsel di Saumlaki Andalkan Panel Surya, Solar, dan Listrik

19 Agustus 2017 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perawatan BTS Telkomsel di perbatasan Indonesia (Foto: Telkomsel)
zoom-in-whitePerbesar
Perawatan BTS Telkomsel di perbatasan Indonesia (Foto: Telkomsel)
ADVERTISEMENT
Telkomsel tercatat memiliki menara pemancar sinyal telekomunikasi seluler atau base transceiver station (BTS) di Maluku Tenggara Barat sebanyak 37 BTS, yang menjangkau 9 kecamatan, termasuk ibukotanya, Saumlaki. Listrik menjadi sumber daya utama untuk mengoperasikan BTS. Namun sayangnya, listrik di wilayah sana belum sepenuhnya stabil dan sering mengalami mati lampu, sehingga di beberapa tempat, Telkomsel membutuhkan genset berbahan bakar minyak solar sebagai cadangan untuk memastikan layanan tetap berjalan Beberapa BTS, yang lokasinya tidak terjangkau listrik, ditopang oleh panel surya yang dibekali baterai. Baterai tersebut akan menyimpan daya dari terik matahari dan akan dimanfaatkan pada saat malam hari. Investasi awal untuk panel surya membutuhkan biaya yang sangat tinggi. "Biasanya untuk wilayah remote kita pakai panel surya yang ada baterai. Di beberapa tempat kita juga pakai genset dengan bahan bakar minyak (BBM) solar," kata Branch Manager Ambon Telkomsel, Oka Mahendra, kepada kumparan (kumparan.com).
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel Saumlaki (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel Saumlaki (Foto: Resnu Andika/kumparan)
"Jika di daerah itu tidak ada listrik, ya kita beroperasi mandiri dengan genset atau panel surya. Ada juga yang model kerja sama dengan pemerintah setempat sehingga daya listrik jadi di bawah tanggung jawab pemerintah setempat." Menurut Oka, daya listrik itu adalag sesuatu yang harus di-backup. Kondisi ini yang membuat operator harus siap mengeluarkan biaya lebih untuk operasional BTS mereka. Dana yang dikucurkan untuk menghadirkan tenaga panel surya atau BBM solar harga industri untuk genset tidaklah sedikit. "Cost-nya di daerah seperti Saumlaki jauh lebih mahal daripada reguler, terutama untuk sewa satelit, pemenuhan kelistrikan, ini bisa berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan BTS yang lokasinya sudah ada PLN dan sudah didukung fiber optik," ujar Oka.
ADVERTISEMENT
Diketahui, kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya, belum terjamah oleh akses jaringan tulang punggung telekomunikasi fiber optik, sehingga Telkomsel mengandalkan jaringan tulang punggung berbasis satelit. Walau biaya operasional BTS termasuk tinggi, namun Telkomsel tidak menghentikan niat mereka membangun jaringan telekomunikasi di Maluku Tenggara Barat, khususnya di Saumlaki. Karena Telkomsel punya komitmen untuk menyediakan jangkauan layanan terluas hingga ke seluruh wilayah Indonesia.