LIPI Minta Masyarakat Laporkan Flora dan Fauna Baru di Indonesia

23 November 2017 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pongo tapanuliensis atau orangutan tapanuli. (Foto: Andrew Walmsley/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pongo tapanuliensis atau orangutan tapanuli. (Foto: Andrew Walmsley/Reuters)
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki keadaan geografis yang unik. Keadaan geografis itu membuat negara kepulauan ini memiliki kekayaan pada keanekaragaman hayati yang beragam jenis, mulai dari flora, fauna, hingga mikroba. Sayangnya, kenakeragaman hayati di Indonesia kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat dan juga pemerintah.
ADVERTISEMENT
Hal ini terlihat dari bagaimana identifikasi serta pemetaan keanekaragaman hayati banyak yang belum terdata.
Oleh karena itu, dalam peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2017 (HCPSN-2017), Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan seminar yang bertajuk "Mendekatkan Manusia Dengan Alam dan Mendekatkan Alam Dengan Manusia". Seminar ini diadakan untuk mengajak masyarakat mengenal serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Tanah Air.
"Selama 50 tahun, di Indonesia sudah ditemukan ribuan jenis flora dan fauna. Namun karena kurangnya identifikasi maka banyak kekayaan alam di Indonesia yang belum tercatat," kata Dr. Joeni S. Rahajoe, Kepala Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi LIPI, di Gedung Kusnoto, Bogor, Kamis (23/11).
Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2017. (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2017. (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
Beberapa hambatan dalam melakukan identifikasi kekayaan alam Indonesia adalah karena kurangnya sumber daya manusia pada sektor ahli taksonomi, serta kurangnya akses ke tempat-tempat ditemukannya spesies baru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Masih banyak kekayaan Indonesia yang harus dieksplorasi. Jamur contohnya, masih sedikit sekali orang yang mau meneliti jamur di Indonesia. Padahal seperti apa yang terjadi di Sumatera, kekayaan jamur ya tinggi namun tidak tercatat. Begitu ada yang mencatat, banyak jenis-jenis yang sudah hilang," lanjut Joeni.
Pentingnya Identifikasi dan Penamaan
Ketika berbicara mengenai keanekaragaman hayati, maka identifikasi dan penamaan atau disebut taksonomi menjadi sangat penting untuk membedakan satu spesies dengan spesies lain.
Ini dikarenakan penamaan tidak hanya berguna sebagai identitas, tapi juga untuk untuk melihat fungsi dari suatu spesies di alam. Joeni mengatakan salah satu fungsi dari identifikasi adalah untuk membantu pembangunan serta mendukung ekonomi yang berkelanjutan. Salah satunya adalah dalam masalah pangan.
ADVERTISEMENT
"Di Indonesia ada jenis-jenis umbi yang bisa hidup di daerah berpasir. Ini dapat dimanfaatkan untuk pangan di daerah kering," katanya.
Identifikasi spesies juga diperlukan untuk mengontrol invasi hama, sehingga masyarakat tidak sembarangan dalam memelihara hewan atau merawat tumbuhan yang dianggap sebagai hama. Begitu juga identifikasi membantu untuk membedakan hewan atau tumbuhan yang berbahaya, terutama jenis yang sering dikonsumsi seperti jamur, mengingat banyaknya jenis jamur yang beracun dan tidak beracun.
Selain itu, identifikasi juga perlukan untuk pihak pembuat kebijakan alias pemerintah. Hal ini dikarenakan setiap spesies memiliki identitas yang bakal tercatat dalam hukum dan mempengaruhi status hukumnya.
Peran Masyarakat Sangat Diharapkan
Melakukan identifikasi bukanlah hal mudah karena luasnya wilayah Indonesia dan kurangnya tenaga ahli taksonomi. Apalagi, identifikasi spesies baru membutuhkan waktu yang sangat panjang.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, LIPI mengajak Masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam melaporkan kemungkinan adanya spesies baru di Indonesia. LIPI mengatakan, kalau masyarakat merasa melihat atau menemukan spesies baru, baik itu hewan maupun tumbuhan, maka diharapkan untuk melaporkannya ke LIPI.
"Pehobi juga bisa memberikan laporan. Dulu, ada seorang pehobi di Bali yang mengumpulkan berbagai macam anggrek menghubungi LIPI karena merasa menemukan jenis anggrek baru," lanjut Joeni.
Pelaporan dapat dilakukan dengan mengirimkan email langsung ke Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan menyertakan foto serta tempat di mana spesies tersebut berada, juga nama lokal bila ada.
Reporter: Zahrina Yustisia Noorputeri