Smartfren Tak Mau Garap Bisnis Digital Sendiri

15 Juni 2017 12:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan telekomunikasi Smartfren. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan telekomunikasi Smartfren. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Industri telekomunikasi sedang digemparkan oleh langkah Indosat Ooredoo yang memutuskan angkat kaki dari bisnis digital, dan fokus pada bisnis inti mereka: telekomunikasi. Sejumlah perusahaan telekomunikasi yang mencoba masuk ke bisnis digital, pada kenyataannya juga tidak bagus-bagus amat produk dan performa bisnisnya. Hal ini membuat sejumlah perusahaan telekomunikasi akan melakukan kemitraan dengan pihak ketiga yang hendak menggarap bisnis digital di layanan atau jaringan mereka. Tak terkecuali, ini dilakukan oleh Smartfren, yang mengaku tidak akan menggarap bisnis digital sendirian. Bisnis digital dari Smartfren akan digarap dengan cara melakukan kemitraan dengan perusahaan digital. "Strategi kita tidak mengembangkan layanan digital sendiri, tapi kita menggandeng mitra-mitra yang sudah fokus pada digital business. Baik partner luar maupun domestik," kata Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren, saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Rabu (14/6). [Baca juga: Alasan Indosat Angkat Kaki dari Bisnis Digital]
Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Dalam bisnis digital, Smartfren sempat melakukan kemitraan dengan pihak ketiga untuk menggarap jaringan iklan digital, kemudian layanan streaming musik dan radio. Merza berkata sejauh ini bisnis digital Smartfren memberi kontribusi sekitar 2 persen dari pendapatan perusahaan. Untuk saat ini bisnis digital disebut Merza bukanlah fokus utama mereka, karena masih ada tugas besar yang dijalankan Smartfren dalam bisnis telekomunikasinya, yaitu melakukan ekspansi jaringan yang berarti memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas. Perusahaan juga sedang mengadapi tantangan merayu pelanggan yang masih memakai CDMA, agar beralih ke 4G LTE. Dari sekitar 11,5 juta total pelanggan Smartfren, ada sekitar 5 persen yang masih memanfaatkan CDMA. Mereka berada di Jawa, Bali, dan sebagian kecil di Medan. Merza berkata pendapatan dari para pengguna CDMA ini masih besar, sekitar 35 persen dari total pendapatan. Sementara sisanya berasal dari layanan 4G LTE dan dari layanan lain. Untuk migrasi pelanggan ini, Smartfren mengatakan banyak tenaga, waktu, dan biaya yang besar untuk menggarapnya. Smartfren juga terbebani dari sisi biaya operasional karena sampai saat ini mereka mengoperasikan dua jaringan sekaligus, 4G LTE dan CDMA. "Inilah yang membuat cost operasionalnya besar, karena mengoperasikan dua jaringan. Nanti kalau pelanggan CDMA pelan-pelan beralih ke 4G LTE, pelan-pelan kita matikan CDMA. Nanti di sana cost operasional kita turun," jelas Merza. Sejauh ini, Merza belum bisa memberi penjelasan kapan perusahaan akan mematikan CDMA sepenuhnya, lantaran mereka masih sayang dengan pelanggan ini serta mengutamakan kenyamanan mereka. [Baca juga: Smartfren: Kami Beri Layanan 4G LTE dan Perlahan Tinggalkan CDMA]
ADVERTISEMENT