Telkomsel: Tarif Mahal-Murah itu Relatif

19 Mei 2017 15:35 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Beberapa waktu lalu, operator seluler Telkomsel sempat menjadi perbincangan hangat secara nasional akibat situsnya yang diretas. Tampilan halaman muka situs Telkomsel diubah dan bertuliskan pesan si peretas yang memprotes tarif paket internet Telkomsel yang dinilai tinggi. Tarif yang dipatok Telkomsel memang lebih tinggi dibandingkan para kompetitornya. Tapi, Telkomsel menegaskan tarif yang mereka berlakukan itu turut membawa kualitas layanan yang baik dan tidak mengecewakan bagi para penggunanya. "Kalau terlalu murah memang baik bagi masyarakat, tapi jangka waktunya pendek. Layanan bisa saja buruk dan kemungkinan tidak bisa mengembangkan network-nya lagi," ujar Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel, di Malang, Kamis (18/5). Ririek menilai pengembangan jaringan sangat penting bagi perusahaannya untuk investasi jangka panjang karena Telkomsel mempunyai tanggung jawab sosial agar di setiap daerah harus mendapatkan layanan yang sama dan merata. "Mahal-murah itu relatif, misalnya kalau membanding-bandingkan harga dengan negara lain, kalau diambil empat besar dunia sebenarnya sama saja, Indonesia termasuk yang paling murah," lanjutnya. Operator seluler terbesar Indonesia itu berkata bahwa penetapan tarif yang mereka lakukan, berkaitan dengan komponen biaya jaringan yang salah satunya adalah kebutuhan akses bandwidth internasional. Selain itu, biaya operasional perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang menentukan penetapan tarif seluler maupun internet Telkomsel. Baca juga: Telkomsel Angkat Bicara Soal Keluhan Tarif Internet
GraPARI Telkomsel. (Foto: Telkomsel)
Untuk melakukan pembangunan atau pemeliharaan alat pemancar sinyal di daerah terpencil, terluar, dan terdalam, Direktur Network Telkomsel, Bob Apriawan, berkata bahwa itu semua membutuhkan biaya yang tinggi. Sebut saja biaya untuk pasokan daya. Jika belum ada listrik di lokasi, maka Telkomsel harus membeli panel surya sampai genset beserta bahan bakar solarnya. Biaya yang dibutuhkan untuk petugas melakukan pengecekan atau pemeliharaan jaringa, turut memakan biaya besar, untuk menjamin warga mendapatkan akses telekomunikasi mengingat tak semua operator mau berinvestasi di daerah terpencil. Bob pun menggarisbawahi besarnya biaya yang perlu disiapkan untuk membangun atau menyewa jaringan tulang punggung seperti fiber optik atau microwave, demi menggelar layanan di lokasi daerah terpencil, dan itu semua butuh biaya besar. Dengan langkah-langkah seperti ini, tidak mengherankan jika Telkomsel memiliki jumlah pelanggan yang sangat besar, saat ini mencapai 170 juta, dan sebanyak 89 di antaranya adalah pelanggan data. Anak usaha Telkom tersebut mengelola 140 ribu base transceiver station (BTS) yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara, di mana 35 persen BTS 2G, 55 persen BTS 3G, dan 10 persen BTS 4G. Sepanjang kuartal pertama 2017, Telkomsel telah menambah 7.060 BTS baru yang keseluruhannya adalah BTS 3G/4G. Baca juga: Telkomsel Pertahankan Jaringan 2G Demi Pengguna Ponsel Fitur
ADVERTISEMENT