Telkomsel Teruskan Bangun Jaringan di Daerah Perbatasan Indonesia

16 Agustus 2017 11:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel Saumlaki (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel Saumlaki (Foto: Resnu Andika/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Investasi jangka panjang bernilai tinggi yang selama ini dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi Telkomsel, telah dirasakan manfaatnya bukan cuma bagi perusahaan, tetapi juga untuk masyarakat. Perusahaan itu tidak hanya rajin membangun jaringan di kota-kota besar, tetapi juga di daerah terdalam, terluar, sampai dengan perbatasan Indonesia. Banyak warga di daerah perbatasan saat ini sudah bisa menikmati akses telekomunikasi berkat kehadiran menara pemancar alias base transceiver station (BTS) yang tak dapat dipungkiri, banyak berasal dari Telkomsel. Dari 146 ribu BTS yang per Agustus 2017 ini dikelola oleh Telkomsel, sebanyak 753 BTS berdiri tegak di kawasan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Timor Leste, dan Papua Nugini. Jaringan ini membuat Telkomsel menjadi satu-satu operator seluler dengan jaringan terluas di Indonesia, yang jangkauannya mencapai 95 persen wilayah populasi. Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, meyakini bahwa berkomunikasi dan saling terhubung antar manusia merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Telkomsel menilai adalah bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap warga dan janji mereka kepada pemerintah. "Sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mempersatukan negeri secara berkesinambungan dengan terus membangun dan membuka akses layanan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah perbatasan negara. Penggelaran jaringan telekomunikasi yang menjangkau setiap jengkal wilayah Tanah Air ini kami lakukan untuk memerdekakan seluruh masyarakat Indonesia dari keterisolasian komunikasi," kata Ririek kepada kumparan (kumparan.com).
Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah. (Foto: Antara Foto/Zabur Karuru)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah. (Foto: Antara Foto/Zabur Karuru)
Secara detail, Telkomsel saat ini mengoperasikan 276 BTS di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia, lalu 17 BTS di Pulau Batam yang berbatasan dengan Singapura, 70 BTS di Kepulauan Natuna dan Anambas yang berbatasan dengan Vietnam. Bergerak ke wilayah tengah dan timur Indonesia. Anak perusahaan Telkom ini mengelola 70 BTS di Pulau Sangihe Talaud yang berbatasan dengan Filipina, 66 BTS di Pulau Rote dan Maluku yang berbatasan dengan Australia, 210 BTS di NTT yang berbatasan dengan Timor Leste, serta 44 BTS yang berbatasan dengan Papua Nugini. Dengan kekuatan jaringan sebesar ini, membuat Telkomsel sebagai operator seluler terbesar di Indonesia yang jumlah pelanggannya kini mencapai 178 juta.
ADVERTISEMENT
Tantangan Geografis Tantangan terbesar Telkomsel membangun BTS di daerah semacam ini, terletak pada akses menuju ke lokasi BTS dan pemeliharaan, apalagi Indonesia dikenal sebagai wilayah kepulauan yang sulit ditaklukan untuk urusan infrastruktur transportasi. Contoh tantangan nyatanya ada di sisi daya. Saat ini masih ada beberapa daerah perbatasan yang jaringan listriknya belum stabil, dan pada kondisi seperti ini, perusahaan telekomunikasi macam Telkomsel harus berinvestasi besar untuk membeli panel surya agar daya bisa disimpan di baterai untuk operasional BTS di malam hari. Telkomsel juga terkadang mencari daya cadangan dengan mengandalkan bahan bakar minyak, seperti solar, demi memastikan BTS mereka tetap memancarkan sinyal agar warga tetap bisa berkomunikasi. Implementasi penyediaan ketiga sumber daya itu untuk menjalankan operasional BTS, salah satunya dilakukan Telkomsel di kawasan Saumlaki, Ibu Kota Maluku Tenggara Barat. Daerah yang penuh potensi wisata ini merupakan salah satu kawasan terluar Indonesia yang berbatasan dengan Australia. Manager Branch Telkomsel untuk Ambon, Oka Mahendra, mengatakan bahwa tantangan ketersediaan listrik yang belum sempurna di Saumlaki harus dicadangkan dengan mengandalkan panel surya serta bahan bakar minyak. Untuk memastikan semua itu berjalan baik, Telkomsel berkata mereka harus mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit.
Pelabuhan Pendaratan Ikan Ukurlaran, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelabuhan Pendaratan Ikan Ukurlaran, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Begitu juga dari sisi jaringan tulang punggung (backbone), kawasan seperti Saumlaki untuk saat ini belum terjangkau oleh jaringan fiber optik di bawah laut. Telkomsel kemudian menyediakan akses tulang punggung lewat satelit. "Dengan mengandalkan backbone satelit, Telkomsel saat ini sudah menjangkau semua kecamatan di Saumlaki. Bahkan di bagian kotanya sudah 3G, dan sebentar lagi kami akan tingkatkan jadi 4G," ujar Oka saat dihubungi. Di Maluku Tenggara Barat, Telkomsel saat ini mengoperasikan sekitar 37 BTS yang melayani jaringan 2G dan 3G. Di kawasan ini banyak warga yang memakai jaringan Telkomsel untuk berkomunikasi, total pelanggannya mencapai 90 ribu. Kualitas telekomunikasi di Saumlaki ini baru saja ditambah kapasitasnya dua kali lipat dengan mengandalkan akses satelit pada Juli 2017. Dengan penambahan kapasitas ini, para pelanggan di kawasan kota Saumlaki sudah bisa menikmati 3G untuk kebutuhan streaming sampai dengan video call.
ADVERTISEMENT