Meningkatkan Peran Orang Tua di Saat Kembali Belajar Daring

Johara Masruroh
Ibu dua anak
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2021 19:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Johara Masruroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Belajar jarak Jauh atau online/daring karya Yehezkiel P. Foto: Yehezkiel P/Ruang XY
zoom-in-whitePerbesar
Belajar jarak Jauh atau online/daring karya Yehezkiel P. Foto: Yehezkiel P/Ruang XY
ADVERTISEMENT
Di awal bulan Juli, saya begitu bersemangat menyiapkan seluruh perlengkapan sekolah anak mulai dari seragam, tas, sepatu, serta buku-buku. Rasa bersemangat saya saat itu tentu bukan tanpa alasan. Sudah lebih dari setahun anak harus belajar dari rumah. Rencana pemerintah membuka kembali sekolah saat itu tentulah bagai angin segar bagi kita semua.
ADVERTISEMENT
Pemberitaan tentang rencana pembukaan kembali sekolah di awal tahun pelajaran baru 2021 itu memang sudah cukup lama digemborkan. Pemerintah bahkan juga telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri untuk mengatur pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas tersebut.
Namun, hal itu hanyalah sebatas rencana. Pandemi yang diduga akan surut dengan program vaksinasi nyatanya tak terjadi. Jumlah kasus corona justru meningkat di berbagai daerah. Kabar tentang penuhnya kapasitas rumah sakit, nakes yang kewalahan, dan berita duka, silih berganti terlihat di layar kaca dan bertebaran di akun media sosial kita.

Kembalinya Peran Keluarga sebagai Pendidik Utama dan Pertama

Dalam kondisi seperti ini, semua orang nyaris tak punya pilihan selain mematuhi aturan pemerintah untuk tetap berada di rumah dan menjauhi kerumunan. Semua orang tua semestinya juga paham bahwa dibatalkannya sekolah tatap muka dilakukan pemerintah semata-mata untuk menjaga anak-anak dari tertularnya virus corona.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu saat ini terdapat varian Delta Covid-19 yang rentan terhadap anak-anak. Prof. Dr. dr. Aman Bkahti Pulungan, Sp. A selaku pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa 11-12 persen kasus Covid-19 nasional menimpa anak-anak. Hal itu merupakan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Di saat yang serba sulit seperti ini, peran keluarga sangat dibutuhkan. Orang tua diberi lebih banyak waktu membersamai anak-anak sama seperti sebelum anak-anak itu dimasukkan ke sekolah. Di sinilah peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama kembali dijalankan. Karena secara kodrat para orang tua wajib bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka.
Orang tua tidak perlu menganggap belajar daring seolah sebagai sesuatu yang buruk dengan alasan hal tersebut hanya akan menambah beban tugas di rumah. Bagaimanapun orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk memotivasi dan menumbuhkan minat belajar anak-anak. Bahkan keberhasilan pendidikan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh lingkungan sekolahnya, melainkan juga lingkungan keluarga.
com-Ilustrasi ibu dan anak sedang belajar dari rumah. Foto: Shutterstock

Berbagi Peran di antara Anggota Keluarga

Memang tidak mudah menjalankan peran ganda bagi orang tua mana pun di musim pandemi seperti ini. Memilih untuk merasa bosan selama anak belajar daring juga tidak akan membantu keadaan. Maka alangkah baiknya jika orang tua meningkatkan diri dan menemukan cara baru selama anak-anak belajar di rumah, misalnya dengan berbagi peran di antara anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Ya, kedengarannya itu ide yang usang. Tapi percaya tidak percaya, di negara kita ini memang masih banyak keluarga yang hanya mengandalkan seorang ibu dalam segala urusan rumah tangga. Hasilnya, para ibulah yang paling banyak stress saat anak-anak sekolah dari rumah. Semestinya ayah dan ibu bisa saling bergantian secara adil dan mengatur waktu membersamai anak-anak belajar. Di saat seperti ini, peran ayah sangat dibutuhkan demi berjalannya kehidupan rumah tangga yang sehat lahir dan batin.
Tidak hanya itu, orang tua juga bisa berbagi peran dengan anak-anak yang telah beranjak remaja. Saat orang tua telah membantu anak belajar daring, maka giliran anak membantu orang tua dalam pekerjaan rumah. Dengan cara ini anak akan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Mengajarkan anak-anak tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga dan masyarakat juga bagian penting dari pendidikan.
ADVERTISEMENT

Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual

Anak SMA yang merupakan tetangga saya mungkin bisa dijadikan sebagai contoh. Setiap pagi saya melihatnya melakukan pembelajaran daring. Setelah pembelajaran daring selesai, ia tak lantas berleha-leha sambil bermain game di ponsel. Anak itu menggantikan sang ibu merawat bapaknya yang sedang sakit. Di lain waktu saya melihatnya melakukan tugas rumah. Bisa dikatakan bahwa pendidikan akhlak anak tersebut telah berjalan baik selama di rumah.
Prinsip pembelajaran era pandemi ini memang tak semestinya melulu diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual tetapi juga mengasah dan meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Anak-anak di rumah bisa saja diajak untuk beribadah bersama keluarga dan diajarkan untuk berempati serta saling tolong-menolong antar anggota keluarga, lebih-lebih terhadap masyarakat di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, orang tua tidak perlu beranggapan bahwa keberadaan anak di rumah selama pandemi ini adalah hal yang sia-sia. Mereka tetap bisa belajar daring sembari dibina oleh orang tua untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritualnya. Kecerdasan emosional dan spiritual ini mungkin saja tidak terasah dengan cukup baik saat berada di lingkungan sekolah akibat persaingan antar siswa dalam mengejar angka-angka tinggi untuk nilai rapor mereka.
Siapa bilang kecerdasan emosional dan spiritual tidak berguna bagi pendidikan? Bukankah beriman pada Tuhan, berakhlak yang mulia, cakap, dan bertanggung jawab merupakan bagian dari tujuan pendidikan bangsa ini?
J. Masruroh, wali siswa Sekolah Dasar