
Pada abad XII, hidup salah satu cendekiawan muslim yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Ia adalah Ghiyātsuddin Abdulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri, kemudian populer dikenal dengan Omar Khayyam. Sosok itu lahir di Nisyapur, Provinsi Khurasan, Persia pada 18 Mei 1048. Kemampuannya dalam ranah matematika, filsafat, astronomi, dan sastra serta ketekunannya meninggalkan karya menjadikan ia dikenang sampai beratus-ratus tahun kemudian.
Lahir dalam keluarga yang amat memperhatikan pendidikan membuat Khayyam memilih mengabdi untuk ilmu pengetahuan. Suatu kali, ia mendapatkan tawaran suatu jabatan pada Dinasti Seljuk yang dipimpin Sultan Malik Syah I, namun tak ia terima. Ia memilih kerja-kerja penelitian. Apalagi saat itu kondisi buat pengembangan ilmu pengetahuan sangat mendukung; pemerintah menyokong dana untuk berbagai keperluan riset. Semangat Khayyam untuk ilmu pengetahuan bermekaran.
Tindakan itu pula yang menekankan pentingnya keberanian dalam mengutamakan otonomi keilmuan. Sebab, andai ilmuwan terlalu dekat dengan kekuasaan, akan lahir permasalahan soal tafsir dan subjektivitas kepentingan tertentu. Padahal ilmu pengetahuan adalah jalan untuk membaca gejala di berbagai dimensi realitas kehidupan. Syaratnya, ia mesti setia pada fakta ilmiah, bukan pengaruh kekuasaan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814