Mendampingi Anak Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit

Jaka Santosa Sudagijono
Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Konten dari Pengguna
15 Januari 2024 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jaka Santosa Sudagijono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seperti diketahui, saat ini berbagai penyakit seperti covid, pneumonia, polio, dan penyakit-penyakit karena perubahan iklim banyak terjadi tidak hanya pada orang dewasa namun juga pada anak. Hal ini dapat mengakibatkan seorang anak harus menjalani pengobatan melalui prosedur rawat inap di rumah sakit. Pengalaman dirawat di rumah sakit menyusahkan anak-anak di segala usia, tetapi sumber stres mereka akan berubah seiring bertambah usianya. Pada anak-anak prasekolah yang biasanya sangat aktif saat sehat, rawat inap yang membuat mereka mengalami imobilisasi bisa sangat membuat mereka menderita. Tetapi sumber stres yang paling utama terlihat dari anak kecil adalah saat mereka dipisahkan dengan orang tuanya. Distres perpisahan merupakan reaksi normal dari anak -anak kecil yang marah dan menangis ketika terpisah dari orang tuanya terutama berada di lingkungan yang berbeda. Hal ini sering disebut sebagai separation anxiety.
Ilustrasi separation anxiety pada anak (sumber: www.istockphoto.com)
Kecenderungan anak dibawah usia sepuluh tahun untuk menjadi cemas dalam situasi perpisahan jangka pendek akan mencapai puncaknya saat mereka menderita sakit yang mengharuskan mereka menjalani proses rawat inap di rumah sakit dan harus berpisah dengan orang tuanya lebih dari semalam. Perpisahan antara orang tua dan anak pada kasus ini bisa memunculkan respon yang dramatis dan kemungkinan besar berkepanjangan pada anak-anak kecil yang mana dapat dimulai dengan tangisan yang intens, memanggil dan mencari orang tua, biasanya ibu, hingga akhirnya anak menunjukkan rasa putus asa, kurang aktif, dan menarik diri.
Ilustrasi anak putus asa dan menarik diri (sumber: www.istockphoto.com)
Pada usia sekolah anak sebenarnya memiliki kemampuan intelektual yang sangat berkembang pesat. Namun saat mereka dirawat di rumah sakit terkadang mereka mengembangkan dan mempertahankan keyakinan yang belum tentu benar tentang penyakit yang mereka derita. Terkait dengan permasalahan di atas maka Edward P. Sarafino dan Timothy W. Smith (2011: 267-269) menyarankan beberapa pendekatan psikologis yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun kalangan medis (dokter dan perawat) untuk mendampingi anak-anak yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit, yaitu:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi dokter mendemonstrasikan pemeriksaan (sumber: www.istockphoto.com)
Ilustrasi dokter bercanda sambil memeriksa (sumber: www.istockphoto.com)
Beberapa pendekatan di atas sangat berguna untuk anak pra sekolah dan usia sekolah. Efek keberhasilan tergantung pada persiapan orang tua dan dokter, usia anak, serta pengalaman medis anak sebelumnya. Pendekatan psikologis ini diharapkan dapat membantu mendorong penyesuaian emosional yang positif pada pasien anak-anak yang akan atau sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Sumber Foto Ilustrasi:
https://www.istockphoto.com/id/foto/seorang-anak-yang-sedih-menggendong-ibunya-demi-kenyamanan-dan-keamanan-gm1226845225-361607729?phrase=separation%20anxiety
https://www.istockphoto.com/id/foto/remaja-laki-laki-menutupi-wajahnya-dengan-tangannya-gm1010745770-272401795?phrase=anak%20putus%20asa%20dan%20menarik%20diri
https://www.istockphoto.com/id/foto/dokter-dan-pasien-anak-laki-laki-yang-memeriksa-boneka-beruang-di-rumah-sakit-gm1455197508-490600894
https://www.istockphoto.com/id/foto/itu-menggelitik-gm489362313-40009130?phrase=dokter%20anak