Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Rahasia All You Can Eat Korean BBQ Agar Semakin Diminati Konsumen
21 September 2019 1:34 WIB
ADVERTISEMENT
Restoran All You Can Eat semakin menggeliat tahun ini. Jika melihat rekomendasi Google, sejak awal 2019 setidaknya ada tiga puluh gerai restoran AYCE baru di Jakarta. Jumlah tersebut belum termasuk restoran lokal yang berdiri sendiri dengan harga murah.
ADVERTISEMENT
Melihat daftarnya dengan lebih saksama, ada kecenderungan selera pasar yang mengarah ke restoran AYCE kategori Korean BBQ. Menjual makanan berupa daging bakar pada rentang harga Rp 99.000 - Rp 200.000, restoran AYCE Korean BBQ hadir di banyak titik, memeriahkan skena kuliner di Indonesia.
Saya penasaran, apakah permintaan pasar betul-betul tinggi hingga Korean BBQ dianggap sebagai peluang bisnis yang menjanjikan?
Sekilas Tentang Bisnis AYCE
Tak terhitung jumlah artikel dan jurnal yang membahas bisnis AYCE. Berbagai rahasia bisnis AYCE dikuliti, mulai dari pengaturan denah rak makanan hingga ukuran piring dan gelas demi memanipulasi nafsu makan pelanggan.
Di Wangja Korean BBQ Pesanggrahan, penataan rak makanan dimulai dari nasi aneka rasa, lanjut ke makanan pendamping, baru ke pendingin daging yang sudah dimarinasi. Secara psikologis, hal ini membuat pelanggan makan lebih banyak karbohidrat dan makanan pendamping dibanding dagingnya.
Pada dasarnya, pembahasan mengenai bisnis AYCE hadir karena tingginya rasa penasaran tentang rasio keuntungan bisnis ini.
ADVERTISEMENT
Manajemen bisnis AYCE memang rumit, karena para pelanggan cenderung mengambil makanan melebihi porsi yang sanggup dikonsumsi. Menanggapi hal ini, timbul ide untuk membatasi waktu makan dan manajemen sisa makanan.
Di Grill 99 Bintaro misalnya, pelanggan bebas makan daging pilihannya selama 99 menit. Dengan harga Rp 99.000, strategi waktu jadi hal krusial untuk mempertahankan keuntungan.
Strategi harga yang sama dilakukan oleh Manse, gerai Korean BBQ yang memiliki beberapa cabang di Jabodetabek.
Pelanggan yang gagal menghabiskan makanan yang sudah diambil akan dikenakan biaya tambahan. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi sampah makanan yang memiliki potensi menggerus modal bahan baku.
Korean BBQ dalam Rencana Globalisasi Budaya Korea
Ternyata, industri kuliner masuk dalam salah satu agenda globalisasi budaya Korea. Seperti yang kita tahu, gelombang budaya Korea perlahan menjadi topik arus utama di seluruh dunia. Mustahil jika ada yang tidak tahu tentang keberadaan grup KPOP Blackpink atau BTS.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk produk kuliner, Kementerian Agrikultur, Makanan, dan Daerah Tertinggal Korea Selatan membentuk sebuah lembaga bernama The Korea Food Promotion Institute. Tugas dari lembaga ini adalah menyelenggarakan riset pasar dan memastikan bahwa kuliner Korea hadir di berbagai festival budaya domestik dan internasional.
The Korea Food Promotion Institute juga punya otoritas untuk memberi rekomendasi restoran Korea terbaik di seluruh dunia. Lembaga yang hadir sejak 2010 ini memiliki konsultan kuliner Korea, tersebar dari Shanghai, New York, sampai Paris.
Dalam ranah yang lebih taktikal, lembaga ini akan membantu restoran Korea dalam hal publikasi dan pemasaran agar kuliner Korea semakin banyak dicoba masyarakat di berbagai negara.
Mendiang Bondan Winarno pernah menjadi salah satu kurator restoran Korea di Jakarta. Beliau terlibat dalam penilaian restoran yang hasilnya akan dijadikan acuan pada buku panduan kuliner Korea. Penilaian yang dimaksud melibatkan lokasi, pelayanan, harga, dan juga rasa.
ADVERTISEMENT
Melihat dukungan pemerintah Korea, tidak heran jika penyematan label Korean Cuisine jadi salah satu peluang bisnis menjanjikan, termasuk bagi pebisnis lokal.
Tren Korean BBQ Disambut Baik Konsumen Indonesia
Di sekitar saya, begitu banyak penggemar kuliner Korea, termasuk AYCE Korean BBQ di dalamnya. Ketika ditanya dari mana mereka tahu mengenai Korean BBQ, yang jadi jawaban umum adalah adegan dalam drama Korea. Adegan romantis saat menyantap makanan pada drama Korea memberi pengaruh besar bagi konsumen Indonesia terhadap keinginannya untuk mencoba kuliner khas Korea.
Jawaban umum kedua adalah kerinduan akan kuliner autentik Korea. Jawaban ini datang dari beberapa rekan yang sudah pernah menginjakkan kaki di negeri ginseng tersebut.
Perilaku konsumen Indonesia secara umum juga turut berkontribusi pada suksesnya bisnis AYCE Korean BBQ. Konsumen Indonesia yang didominasi oleh anak muda memberi dampak positif pada pesatnya perkembangan bisnis kuliner. Kebiasaan makan di luar rumah dan berkumpul bersama dengan teman atau keluarga menjadi salah satu penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup konsumtif anak muda dengan penghasilan rata-rata sekitar Rp 6.000.000-, (Data KPPA, 2018) membuat konsumen di Indonesia mencari cara untuk menjadi konsumen yang selalu diuntungkan. Dalam istilah pemasaran, konsumen tersebut biasa dikategorikan sebagai value seeker.
Banyaknya value seeker di Indonesia yang tergila-gila dengan kuliner Korea membuat peluang bisnis lain bermunculan. Aplikasi penyedia promo dan diskon hadir sebagai penyelamat hasrat pelanggan untuk menyantap kuliner Korea. Dua di antara yang terbesar adalah Traveloka Eats dan Fave. Diskon hingga setengah harga untuk AYCE diminati oleh konsumen.
Di aplikasi Fave, voucher makan AYCE dari gerai Magal sudah dibeli sebanyak enam ribu kali sejak penayangan perdananya, juga Korbeq yang sudah dibeli hingga sembilan ribu kali.
ADVERTISEMENT
Menurut Yoskha Adrian, Senior Business Development Fave, tren pencarian promo AYCE Korean BBQ bertahan jadi yang paling populer selama dua tahun ini. Ketertarikan dan retensi konsumen meningkat karena kehadiran penyedia promo digital. Kontribusinya pada lalu lintas pelanggan sangat signifikan, kendati belum sampai tahap konsumen loyal.
Melihat geliat bisnis AYCE pada kategori Korean BBQ, terbangun sebuah ekosistem yang menguntungkan semua pihak: konsumen, pebisnis kuliner, serta penyedia voucher promo digital.
ADVERTISEMENT