Tergoda Film 'Tabula Rasa', Saya Mencoba 5 Nasi Padang Enak di Jakarta

Justian Edwin  Food Blogger
Propagandist in the making. He writes about food & style in his spare time. Contact him for coffee, he'll say OK! Instagram: @justianedwin
Konten dari Pengguna
26 Maret 2019 0:50 WIB
Tulisan dari Justian Edwin Food Blogger tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dok. Justian Edwin
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. Justian Edwin
ADVERTISEMENT
Bagi saya, manis atau pedas, berani bumbu jadi satu kunci yang tidak boleh terlupakan ketika mencicipi sebuah masakan. Kuliner khas Minang berhasil menemukan ramuan pas dalam padu padan rasa. Porsi penuh, jutaan rasa menyatu harmonis di lidah.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma saya yang menganggap kuliner khas Minang menjadi pemuas nafsu makan. Whulandary Herman, Puteri Indonesia 2013, tidak pernah bisa lepas dari masakan khas kampung halamannya, Pariaman.
Saya ingat betul seluruh media mengutip pernyataannya ketika hendak berangkat ke helatan Miss Universe 2013. Sekoper penuh beras dari Padang, rendang, hingga keripik balado dibawanya ke Rusia. Selera lidah dan perutnya tidak bisa ditawar.
Foto: Dok. Cinema Poetica
Lalu sebuah film Indonesia berjudul Tabula Rasa mencoba membawa narasi ini. Kisahnya menceritakan pertemuan antara Mak Uwo, pemilik rumah makan Padang tradisional, dengan Hans, seorang pendatang asal Papua.
Mak Uwo diceritakan memiliki sejarah dengan gulai kepala kakap. Konon, makanan tersebut adalah kesukaan putranya yang telah meninggal dunia. Bagi Mak Uwo, menghidangkan gulai kepala kakap adalah sebuah ritual ziarah. Dia tidak menjualnya di “Takana Juo”, rumah makannya. Hingga akhirnya, Mak Uwo harus berkompromi untuk menjualnya kembali ketika persaingan bisnis dengan restoran modern semakin sengit.
ADVERTISEMENT
Saya semakin yakin bahwa jejak rasa yang pernah hadir di lidah lebih dari sekadar bumbu dan selera. Beberapa orang kembali mengecap karena ada sejarah. Sebagian yang lain terus mengunyah untuk mengusir rindu. Seperti di film 'Tabula Rasa', ada bisnis kuliner Minang dengan cita rasa nikmat yang terus bergelora, melebarkan sayap hingga tanah Jakarta. Berikut beberapa di antaranya.

Rumah Makan Medan Baru

Foto: Dok. Instagram @wen_saja
Jangan terkecoh dengan namanya, karena Rumah Makan Medan Baru adalah perpaduan Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Rumah Makan Medan Baru terkenal dengan dua menu utama, yakni gulai kepala kakap dan burung punai. Kuah gulai yang pekat membuat rasanya semakin nikmat dipadu nasi hangat. Dagingnya terasa sangat lembut. Burung punai, sejenis burung dara, digoreng garing dan disajikan tanpa ceker.
ADVERTISEMENT

Bopet Mini

Foto: Dok. Pergi Kuliner
Salah satu restoran yang sering masuk dalam daftar favorit saya. Selain lokasinya strategis, menu di Bopet Mini tergolong lengkap. Bopet Mini menyediakan ketupat sayur, nasi dengan berbagai lauk, sate Padang, hingga berbagai kudapan untuk teman ngopi. Konon, cita rasanya sangat autentik. Tidak heran kalau Bopet Mini bertahan hingga kini.

Pagi Sore

Foto: Dok. Justian Edwin
Jika kalian menggunakan kata kunci ‘Pagi Sore’ pada mesin pencari, paling tidak akan menemukan satu rekomendasi tentang rendang andalannya. Karena percaya diri dengan rendangnya, restoran yang sudah berdiri sejak 1973 ini menggunakan jargon ‘jagonya rendang’. Ukuran rendangnya tergolong besar, cukup untuk menemani sepiring nasi panas. Mungkin ditambah sedikit kuah gulai untuk menyempurnakan.
ADVERTISEMENT

RM Sepakat

Foto: Dok. Justian Edwin
RM Sepakat masuk dalam kategori rumah makan Padang tertua di Jakarta. Berdiri sejak 1967, RM Sepakat sempat beberapa kali berpindah tempat. Rumah makan ini digagas oleh seorang perantau asal Bukittinggi. Jika berkesempatan ke sini, coba Gulai Gajebo, sandung lamur yang dimasak asam padeh.

Restoran Garuda

Foto: Dok. Restoran Garuda
Restoran Garuda mulai beroperasi pada 1976. Sejak awal, komitmen Restoran Garuda adalah menyajikan kuliner khas Minang dan Melayu. Cabangnya bisa ditemukan di berbagai daerah, dari Medan, Lampung, hingga Jakarta.
Mengutip website Nibble, Restoran Garuda pernah dinobatkan menjadi restoran terbaik di Asia peringkat 79 versi The Daily Meal tahun 2011. Karena predikatnya, Restoran Garuda juga terkenal dengan harganya yang cukup di atas rata-rata restoran Minang pada umumnya. Sayang sekali pada beberapa kesempatan pelayanan yang diberikan tidak sebaik grup restoran Minang lainnya.
ADVERTISEMENT