Bagaimana Menjelaskan Pajak kepada Anak-Anak?

Juwanda Yusuf Gunawan
Pegawai di Direktorat Jenderal Pajak
Konten dari Pengguna
28 Agustus 2023 18:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juwanda Yusuf Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dokumentasi kegiatan pajak bertutur. Foto: KPP Pratama Samarinda Ilir
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi kegiatan pajak bertutur. Foto: KPP Pratama Samarinda Ilir
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah artikel yang benar-benar menginspirasi, yakni tulisan Dr. der Phil. Reza A.A Wattimena berjudul "Pendidikan Filsafat untuk Anak?" yang dipublikasikan di laman Rumah Filsafat.
ADVERTISEMENT
Tulisan tersebut membawa perenungan tentang bagaimana anak-anak dapat memahami konsep-konsep kompleks, dari sini muncul pertanyaan: bagaimana kita dapat menjelaskan konsep yang sulit seperti pajak kepada anak-anak, dengan cara yang dapat mereka pahami?
Dalam realitas sehari-hari, anak-anak memiliki sifat yang sangat alami dan menarik. Mereka memiliki keingintahuan yang tumbuh besar terhadap dunia di sekitar mereka. Pertanyaan-pertanyaan muncul seperti mengapa langit biru, mengapa burung terbang, dan tentu saja mengapa ada orang dewasa yang bekerja?
Melalui pandangan filsafat, kita dapat melihat bahwa anak-anak sebenarnya memiliki potensi filosofis yang kuat, yang mendorong mereka untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sokrates, seorang tokoh besar dalam dunia filsafat, memberikan inspirasi berharga dalam pendekatan ini. Ia dikenal karena mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pemikiran mendalam pada rekan-rekannya.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan anak-anak, kita dapat mengambil inspirasi dari Sokrates untuk mengajak mereka berpikir kritis dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan tentang dunia di sekitar mereka, termasuk konsep pajak.
Ilustrasi pajak bumi dan bangunan. Foto: Shutter Stock
Bagaimana kita bisa menjelaskan pajak kepada anak-anak? Dalam konteks ini, pajak dapat dijelaskan sebagai "sumbangan" atau "bagian" yang setiap orang memberikan kepada pemerintah untuk membantu membiayai berbagai layanan dan program yang bermanfaat bagi semua orang.
Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa pajak membantu membangun sekolah-sekolah, memperbaiki jalan, dan menjaga taman-taman yang kita nikmati. Dalam pandangan anak-anak, ini dapat diartikan sebagai bagian dari tanggung jawab kita untuk menjaga dan membangun lingkungan di sekitar kita.
Dalam program filsafat untuk anak-anak di Jerman, diterapkan metode dialog Sokratik. Melalui metode ini, anak-anak diajak untuk berbicara, berpikir kritis, dan mencari jawaban sendiri. Ini membantu mereka tidak hanya memahami konsep, tetapi juga membentuk kemampuan berpikir independen dan mengajukan pertanyaan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya memahami pajak juga dapat dijelaskan dengan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari anak. Misalnya, kita bisa bertanya:
Melalui pertanyaan ini, anak-anak dapat menyadari hubungan antara pajak yang mereka bayarkan dan manfaat yang mereka nikmati sehari-hari. Atau pertanyaan seperti:
Ilustrasi mengajarkan anak nilai mata uang. Foto: Shutter Stock
Dengan cara ini, anak-anak dapat melihat hubungan langsung antara kontribusi mereka dan manfaat yang mereka peroleh. Lebih dari itu, konsep pajak juga dapat digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai penting seperti keadilan dan solidaritas. Kita dapat bertanya kepada anak-anak:
Dengan cara ini, mereka dapat melihat bagaimana konsep pajak juga berhubungan dengan kebersamaan dan saling peduli dalam masyarakat.
Di Indonesia, pendidikan juga memainkan peran penting dalam membentuk pandangan anak-anak terhadap pajak. Saat ini, pendidikan masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan pendekatan filsafat yang menekankan pada berpikir mandiri, anak-anak dapat diajak untuk berpikir lebih dalam tentang konsep-konsep seperti pajak dan dampaknya dalam kehidupan mereka.
Penting bagi guru dan orang tua untuk mendukung anak-anak dengan cara yang positif dan terbuka. Mereka dapat menjadi fasilitator yang membantu anak-anak dalam proses berpikir dan merumuskan pertanyaan.
Ilustrasi anak dan orang tua mencuci mobil. Foto: Creativa Images/Shutterstock
Selain itu, pemerintah dan masyarakat luas juga memiliki peran dalam memastikan bahwa pendidikan berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan reflektif.
Selain mengajarkan tentang pajak sebagai konsep, pendekatan filsafat juga membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang sangat berharga dalam menghadapi banjir informasi dan tantangan dunia modern.
Anak-anak dapat belajar untuk menganalisis berbagai informasi dengan hati-hati, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan membuat keputusan yang bijaksana.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks Indonesia yang kaya akan budaya dan keragaman, pendekatan tersebut juga dapat membantu anak-anak mengembangkan sikap terbuka terhadap perbedaan dan menghargai nilai-nilai pluralisme.
Mereka dapat diajak untuk merenung tentang bagaimana pajak membantu menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis, di mana setiap individu memiliki peran penting dalam membangun kehidupan bersama.
Dalam dunia yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat, kemampuan untuk berpikir kritis dan memahami konsep-konsep abstrak seperti pajak adalah keterampilan yang sangat berharga bagi anak-anak.
Melalui pendekatan filsafat yang mengajarkan anak-anak untuk bertanya, merenung, dan berdialog, kita dapat membantu mereka memahami dunia di sekitar mereka dengan lebih baik, termasuk konsep penting seperti pajak. Dengan begitu, mereka akan menjadi generasi yang lebih sadar, terinformasi, dan aktif dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT