Tradisi Filsafat Prancis Kontemporer: Mediasi, Aktualisasi, dan Separasi

Juwanda Yusuf Gunawan
Pegawai di Direktorat Jenderal Pajak
Konten dari Pengguna
23 April 2024 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juwanda Yusuf Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kota Paris. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kota Paris. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasca Perang Dunia II, filsafat Prancis mengalami perkembangan yang signifikan melalui institusionalisasi pendidikan filsafat yang baik secara formal maupun informal. Filsuf seperti Jean-Paul Sartre dan Michel Foucault menjadi tokoh sentral yang membentuk arah baru dalam pemikiran Prancis, yang kini dikenal dengan ciri khasnya yang unik dan mendalam terhadap konsep-konsep eksistensi dan konsep.
ADVERTISEMENT
Tradisi filsafat ini, seperti yang dikemukakan oleh Alain Badiou, menyoroti adanya "divisi fundamental" yang terjadi pada awal abad ke-20 yang memisahkan antara konsep dan eksistensi. Badiou dalam analisisnya menyatakan bahwa filsafat Prancis kontemporer berupaya untuk mengatasi separasi ini dan mencari kesatuan antara konsep dan eksistensi.
Dalam rangka mendalami pemikiran ini, kita dapat melihat tiga orientasi utama yang muncul dalam filsafat Prancis kontemporer:
Orientasi Mediasi: Filsuf seperti Jacques Derrida menekankan pada peran mediasi, dimana tidak ada identitas atau kehadiran yang utuh tanpa diantara oleh elemen lain. Derrida dengan konsep "différance"-nya menunjukkan bahwa semua identitas selalu dalam keadaan tertunda, sehingga tidak pernah bisa dihadirkan secara langsung dan murni. Pendekatan ini berakar kuat pada gagasan bahwa realitas selalu merupakan hasil dari interaksi konstan antara berbagai elemen.
ADVERTISEMENT
Orientasi Aktualisasi: Gilles Deleuze mengembangkan gagasan tentang vitalisme, dimana realitas dipandang sebagai aktualisasi dari "hidup" atau "virtualitas" yang mendalam. Menurut Deleuze, segala eksistensi yang kita alami adalah manifestasi dari daya hidup yang lebih mendasar dan transendental. Dalam kerangka ini, esensi bukan lagi sesuatu yang tetap atau statis, melainkan selalu dalam proses menjadi dan perubahan.
Orientasi Separasi: Alain Badiou mengambil langkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa harus ada separasi tegas antara pengetahuan (yang sering kali mengkristal dalam struktur sosial yang ada) dan kebenaran (yang transenden dan melampaui kondisi-kondisi yang ada). Subjek dalam pemikiran Badiou adalah entitas yang aktif dalam memperjuangkan kebenaran ini, menolak untuk tetap dalam batas-batas pengetahuan yang telah ditetapkan dan mencari transformasi radikal dalam realitas sosial.
ADVERTISEMENT
Setiap orientasi ini menawarkan pandangan yang berbeda tentang bagaimana konsep dan eksistensi berinteraksi, dan bagaimana teori dan praktik dapat disatukan dalam pemikiran filsafat. Derrida memberikan wawasan tentang struktur linguistik dan tekstual dari realitas, Deleuze mengeksplorasi potensi hidup dan kreativitas yang tak terbatas, sedangkan Badiou menekankan pada keberanian subjek untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip radikal.
Secara keseluruhan, filsafat Prancis kontemporer mengundang kita untuk memikirkan kembali hubungan antara pikiran dan kenyataan, antara apa yang kita konsepkan dan apa yang kita alami. Lewat dialog antara mediasi, aktualisasi, dan separasi, tradisi ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas dunia dan keberadaan manusia di dalamnya.