Atasi Kelaparan Akibat Perang Ukraina, Pemimpin G7 Bakal Kucurkan USD 5 Miliar
Konten dari Pengguna
29 Juni 2022 12:11 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Khawatir dengan kondisi tersebut, negara-negara yang tergabung dalam G7 berjanji bakal menggelontorkan uang hingga USD 5 miliar.
Dikutip dari Reuters, Rabu (29/6), pada hari terakhir KTT G7 di Jerman, pejabat tersebut mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menyumbang lebih dari setengah dari jumlah itu, yang akan mendukung organisasi regional dan upaya memerangi kelaparan di 47 negara.
G7 sedang berusaha untuk menggalang negara-negara berkembang yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia, untuk menentang invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina, dan mengundang lima negara demokrasi berpenghasilan menengah dan rendah ke KTT untuk memenangkan mereka.
Beberapa negara berkembang yang pernah dijajah oleh negara barat, melihat bahwa keluhan barat terkait Ukraina sebagai upaya untuk mementingkan diri sendiri dan lebih peduli tentang dampak kenaikan harga pangan pada rakyatnya.
Beberapa dari mereka mengaitkan kekurangan tersebut dengan sanksi barat daripada invasi Rusia ke salah satu produsen biji-bijian terbesar di dunia dan blokade pelabuhannya.
ADVERTISEMENT
Pejabat tersebut menyatakan semua potensi krisis pangan di seluruh dunia dapat secara langsung dikaitkan dengan tindakan Putin yang jadi biang keroknya.
"Tindakannya telah mencekik produksi pangan dan pertanian dan telah menggunakan makanan sebagai senjata perang melalui penghancuran gudang pertanian, fasilitas pemrosesan, dan blokade efektif pelabuhan Laut Hitam," kata pejabat tersebut.
Disebutkan bahwa komitmen dari negara G7 tersebut akan mengalokasikan sekitar USD 2 miliar untuk bantuan kemanusiaan langsung dan USD 760 juta lainnya untuk bantuan pangan. Tujuannya, agar dapat meningkatkan produktivitas dan ketahanan sistem pangan di seluruh dunia.
Selain itu, mereka turut berjanji untuk menghapus praktik kerja paksa yang didukung oleh sejumlah negara dan bentuk-bentuk kerja paksa lainnya dari rantai pasokan internasional.
ADVERTISEMENT