Jepang Alami Inflasi Tertinggi Sejak 40 Tahun Akibat Melonjaknya Biaya Impor

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
Konten dari Pengguna
18 November 2022 10:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kereta mewah Romancecars yang sedang melintas. Foto: Daisuke Shimizu/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kereta mewah Romancecars yang sedang melintas. Foto: Daisuke Shimizu/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Inflasi konsumen inti Jepang melonjak hingga ke level tertinggi sejak 40 tahun pada Oktober, dikutip dari Reuters, Jumat (18/11). Hal ini dikarenakan pelemahan yen yang mendorong biaya komoditas impor, yang mana harga tersebut sudah melonjak akibat kendala pasokan global.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Reuters, data menunjukkan bahwa perusahaan Jepang mulai menaikkan harga secara bertahap mulai dari bahan bakar hingga makanan. Keputusan tersebut merupakan tanggapan atas biaya yang lebih tinggi.
Indeks harga konsumen inti (CPI) nasional naik 3,6 persen pada Oktober dibandingkan tahun sebelumnya serta meningkat dari kenaikan tahunan 3,0 persen bulan sebelumnya. Lonjakan persentase tersebut merupakan yang terbesar sejak Februari 1982.
Hasil ini juga turut mengkonfirmasi pertumbuhan CPI tetap di atas sasaran inflasi dari Bank of Japan sebesar 2 persen selama tujuh bulan berturut-turut.
"Saya belum mengubah pandangan saya bahwa kenaikan akan segera mulai melambat," ujar Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.
Rebound tipis oleh yen yang lemah dan dukungan pemerintah yang direncanakan bagi konsumen untuk membayar tagihan energi yang lebih tinggi juga akan mengendalikan harga.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun tekanan harga meluas, BOJ tetap bersikukuh untuk tidak mengikuti tren global yang menaikkan suku bunga sebagai upaya pengetatan kebijakan moneter.
Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda menegaskan janjinya untuk mempertahankan stimulus moneter untuk mendukung ekonomi yang rapuh pasca pulih dari COVID-19 dan menghadapi inflasi yang tetap lemah, Kamis (17/11).
Menurut Kuroda, biaya komoditas global menyumbang setengah dari keseluruhan kenaikan harga dan inflasi yang didorong oleh biaya tersebut tidak akan bertahan lama.
Adapun inflasi konsumen Jepang kemungkinan akan mencapai 3 persen untuk tahun fiskal saat ini, tetapi kecepatannya akan turun menjadi setengah dari tingkat tahun fiskal berikutnya karena komoditas dan faktor pendorong biaya lainnya berjalan dengan sendirinya.