Krisis Pangan dan Inflasi Dianggap Bisa Bikin Rusia dan Ukraina Mau Bernegosiasi

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
Konten dari Pengguna
20 Juli 2022 12:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perang Ukraina dan Rusia. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perang Ukraina dan Rusia. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
ADVERTISEMENT
Perang antara Rusia dengan Ukraina berimbas pada permasalahan krisis pangan global dan inflasi. Kedua persoalan itu dianggap bisa membuat kedua negara bernegosiasi.
ADVERTISEMENT
Diberitakan newsdelivers.com, perang di Ukraina mengancam akses dunia akan gandum dan memicu kenaikan harga, serta terjadinya kekurangan pangan. Para pejabat menyebut situasi ini mengkhawatirkan.
Jakob Kern, Koordinator Program Pangan Dunia di Ukraina mengatakan bahwa Ukraina sebagai pengekspor biji-bijian terbesar di dunia saat ini butuh bantuan pangan.
“Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar kelima di dunia. Negara ini termasuk di antara tiga besar untuk ekspor jagung, barley dan biji bunga matahari. Produksi gandum pada 2021 akan sekitar 40 juta ton, dan 50 juta ton lagi untuk jagung, barley, dan biji bunga matahari. Sebelum konflik, Ukraina memberi makan dunia. Sekarang, mereka butuh bantuan untuk makan sendiri,” katanya.
Ukraina dan beberapa sumber Barat menuduh Rusia mencuri gandum Ukraina dan membawanya ke wilayah Rusia. Namun, Rusia telah berulang kali membantah tuduhan itu.
ADVERTISEMENT
Terletak di selatan Laut Hitam, Turki telah memantapkan dirinya sebagai mediator utama dalam situasi tersebut. Pertemuan di Iran antara Rusia dan Turki, menurut para ahli, merupakan peluang baru untuk menemukan solusi.
Putin pun melakukan pertemuan pertama dengan Presiden Turki sejak Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina. Pertemuan Putin di Teheran terjadi setelah Rusia berulang kali bersikeras tidak bertanggung jawab atas krisis pangan atau aksi militer di Ukraina. Menurut presiden Rusia, tuduhan itu muncul dari apa yang disebutnya “sikap fobia Rusia terhadap Barat.”
Kelangkaan dan inflasi di antara produk makanan pokok sudah menjadi kenyataan, tidak hanya di Barat, tetapi juga di Rusia. Hal ini juga mendorong Rusia untuk datang ke meja perundingan sebagai langkah untuk membahas pemulihan aliran biji-bijian Ukraina.
ADVERTISEMENT