Negara-negara G7 Siap Hentikan Impor Minyak Rusia
Konten dari Pengguna
10 Mei 2022 13:10 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dilansir dari France24, langkah ini diterapkan untuk menekan Putin dengan melumpuhkan ekonomi Rusia, dan menggarisbawahi persatuan masyarakat internasional terhadap tindakan Moskow.
“Kami berkomitmen untuk menghapus ketergantungan kami pada energi Rusia, termasuk dengan menghapus atau melarang impor minyak Rusia. Kami akan memastikan bahwa kami melakukannya secara tepat waktu dan teratur, dan dengan cara yang memberikan waktu bagi dunia untuk mengamankan pasokan alternatif,” kata pernyataan bersama, dikutip dari France24, Selasa (10/5).
"Ini akan menghantam keras arteri utama ekonomi Putin dan menghalangi pendapatan yang dia butuhkan untuk mendanai perangnya," kata Gedung Putih.
Pengumuman itu diucapkan ketika G7 mengadakan pertemuan ketiga tahun ini pada hari Minggu melalui konferensi video dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang turut berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Barat telah menunjukkan koordinasi yang erat dalam pengumuman sanksi terhadap Rusia, tetapi tidak dalam tindakannya terkait minyak dan gas Rusia.
Sementara itu, Amerika Serikat telah melarang impor hidrokarbon Rusia, meskipun faktanya bukan konsumen utama.
Eropa, di sisi lain, jauh lebih bergantung pada minyak Rusia. Uni Eropa telah menyatakan bahwa mereka ingin mengurangi ketergantungannya pada gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini, meskipun Jerman menentang seruan untuk boikot penuh dengan negara-negara anggota tersebut yang terus mengadakan pembicaraan intensif pada hari Minggu.
Selain itu, kelompok G7 juga mengecam Putin secara pribadi atas tindakannya di Ukraina. Mereka turut menyebutkan bahwa Rusia telah melanggar hukum internasional.
“Perang agresi tak beralasan” presiden Rusia terhadap tetangganya di Eropa Timur telah membawa rasa malu pada Rusia dan pengorbanan bersejarah rakyatnya,” kata kelompok itu dalam pernyataannya.
ADVERTISEMENT
“Rusia telah melanggar tatanan berbasis aturan internasional, khususnya Piagam PBB, yang disusun setelah Perang Dunia Kedua untuk menyelamatkan generasi berikutnya dari bencana perang,” lanjut pernyataan itu.