Pemerintah Nepal Minta Bantuan Warganya Buat Cadangan Devisa

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
Konten dari Pengguna
18 April 2022 17:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan rumah-rumah di Kathmandu, Nepal. Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan rumah-rumah di Kathmandu, Nepal. Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Nepal Janardan Sharma, meminta warganya yang tinggal di luar negeri untuk menyimpan dana di bank domestik, sebagai upaya untuk memastikan sistem keuangan memiliki likuiditas yang cukup dan untuk menjaga cadangan devisa.
ADVERTISEMENT
Mengutip lama Reuters Senin (18/4), Nepal tengah mengalami krisis ekonomi, meskipun memiliki industri pariwisata sebagai sumber pendapatan di negara. Pemerintah juga masih berjuang untuk memulihkan ekonomi akibat gejolak pandemi Covid-19.
Nepal yang berada di antara China dan India, memutuskan memberlakukan pembatasan impor barang mewah untuk mengendalikan arus keluar modal. Hal ini disebabkan oleh cadangan devisa yang turun 18 persen menjadi USD 9,6 miliar pada pertengahan Maret.
Sharma menyebutkan bahwa dengan mendepositokan tabungan mereka di bank domestik, warga Nepal di luar negeri akan mendapat keuntungan.
" Warga Nepal yang di luar negeri dapat mempertahankan hubungan mereka serta mendapatkan keuntungan dari bunga 6 hingga 7 persen" yang ditawarkan oleh bank Nepal,” kata Sharma.
ADVERTISEMENT
Sharma mengatakan jika 100.000 warga Nepal yang tinggal di luar negeri masing-masing mendepositokan USD 10.000 di bank Nepal, hal itu dapat membantu Nepal mengatasi kendala likuiditas saat ini.
Sejumlah pemuda melakukan aksi protes di Kathmandu, Nepal, Sabtu (13/6). Foto: Navesh Chitrakar/ REUTERS
Nepal juga telah memutuskan untuk menerima USD 659 juta dalam bentuk bantuan dari Amerika Serikat dan sekitar USD 150 juta dalam bentuk pinjaman lunak dari Bank Dunia, kata Sharma.
Namun, Sharma mengatakan negaranya tidak sedang mengalami krisis ekonomi seperti Sri Lanka, di mana Negara Asia Selatan itu menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade dan protes anti-pemerintah.
Berdasarkan laporan, seperempat pengiriman uang oleh pekerja luar negeri, sebagai pembayaran eksternal, turun 3 persen menjadi USD 5,3 miliar antara pertengahan Juli hingga pertengahan Maret, dibandingkan dengan kenaikan 5 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, penghasilan dari industri pariwisata negara itu mengalami peningkatan setelah dilanda pandemi pada 2020. Namun, tetapi jauh lebih tinggi saat sebelum merambahnya wabah Covid-19.