Susul Jerman, Australia Diprediksi Krisis Gas Imbas Perang Rusia-Ukraina

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
Konten dari Pengguna
1 Agustus 2022 12:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan stasiun penerima Pipeline Inspection Gauge (PIG), Nord Stream 2 bagian dari area pendaratan di Lubmin di pantai Laut Baltik Jerman. Foto: John MACDOUGALL/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan stasiun penerima Pipeline Inspection Gauge (PIG), Nord Stream 2 bagian dari area pendaratan di Lubmin di pantai Laut Baltik Jerman. Foto: John MACDOUGALL/AFP
ADVERTISEMENT
Krisis pasokan gas semakin meluas, tak hanya menghantam negara-negara di Eropa seperti Jerman, akibat perang Rusia-Ukraina. Kini merembet ke Australia.
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, Komisi Pengawas Persaingan Australia (ACCC) mendesak pemerintah untuk membatasi ekspor LNG atau gas alam cair. Alasannya karena pasokannya langka dan harganya meroket.
Desakan ACCC kepada pemerintah Australia muncul lantaran saat ini negara tersebut berjuang dengan pasokannya sendiri sambil bersaing dengan Qatar dan AS untuk menjadi pengekspor LNG global.
Di sisi lain, produksi gas di lepas pantai Australia bagian tenggara terus turun. Padahal, wilayah tersebut banyak mengalirkan gas ke daerah pantai timur yang padat penduduk.
Pemerintah didesak untuk mengaktifkan Mekanisme Keamanan Gas Domestik Australia, sebuah inisiatif yang sudah berlangsung sejak 2017, untuk memaksa tiga eksportir LNG di pantai timur untuk mengalirkan gas ke pasar domestik daripada mengekspornya agar penduduk setempat tak kekurangan pasokan.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi ACCC ini akan mengganggu bisnis penjualan LNG yang dikelola perusahaan patungan antara Shell, Origin Energy, dan Santos. Tak hanya itu, perusahaan migas lainnya seperti PetroChina, ConocoPhillips, Sinopec, Korea Gas Corp, TotalEnergies, dan Petronas Malaysia yang merupakan mitra Shell akan terganggu.
"Laporan gas terbaru kami menemukan bahwa prospek pasar gas pantai timur telah memburuk secara signifikan," kata ketua ACCC Gina Cass-Gottlieb dalam sebuah pernyataan, sebagaimana yang dikutip dari Reuters, Senin (1/8).
Komisi menemukan bahwa eksportir LNG cenderung menarik lebih banyak gas dari pasar domestik daripada yang mereka rencanakan untuk dipasok, dengan kekurangan 56 petajoule yang sekarang diperkirakan setara dengan sekitar 10 persen dari permintaan.
ACCC tidak hanya memperingatkan kekurangan gas pada 2023, tetapi juga mendorong eksportir LNG untuk segera meningkatkan pasokan mereka ke pasar.
ADVERTISEMENT