Uni Eropa Mau Berhenti Gunakan Gas dari Rusia

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 14:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Katup kontrol di dermaga pipa tanker di pabrik gas alam cair (LNG) di Korsakov, Pulau Sakhalin, Rusia pada 17 Februari 2009. Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Katup kontrol di dermaga pipa tanker di pabrik gas alam cair (LNG) di Korsakov, Pulau Sakhalin, Rusia pada 17 Februari 2009. Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
ADVERTISEMENT
Uni Eropa telah mengungkapkan rencananya berhenti menggunakan gas dari Rusia. Uni Eropa sudah menyiapkan strateginya untuk melepas kebergantungan energi tersebut salah satunya dengan penggunaan energi hijau.
ADVERTISEMENT
Diberitakan BBC, Rusia memasok 40 persen gas alam ke Uni Eropa dan 27 persen minyak impornya. Uni Eropa mengirim negara itu sekitar €400 miliar per tahun sebagai imbalannya.
Sekarang, Uni Eropa berencana untuk mempercepat peralihannya ke energi hijau. Namun, mereka juga harus berinvestasi dalam jaringan pipa di negara lain.
Untuk mengurangi impor pasokan energi Rusia hingga dua pertiga pada tahun 2022, Uni Eropa menerapkan strategi REPowerEU yang telah diumumkan pada bulan Maret.
Meningkatnya biaya energi juga menjadi faktor tekanan keuangan pada konsumen dan bisnis di Eropa yang saat ini menghadapi tagihan yang lebih tinggi.
Rencana yang telah terlampir di proposal itu turut diperbarui yang tidak hanya memaparkan bagaimana Uni Eropa untuk menegosiasikan krisis gas langsung, tetapi juga memenuhi janji untuk sepenuhnya menghentikan energi Rusia pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Strategi ini berfokus pada tiga bidang topik utama yaitu meningkatkan efisiensi energi, memperluas penggunaan energi terbarukan, dan mengamankan pemasok minyak dan gas non-Rusia.
"Kami membawa ambisi kami ke tingkat yang lebih tinggi lagi," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat mempresentasikan pembaruan tersebut pada briefing di Brussels, Belgia sebagaimana yang dikutip dari BBC, Kamis (19/5).