Apa Saja Sifat yang Muncul saat Seseorang Husnudzan Kepada Diri Sendiri?

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
7 Januari 2022 18:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi husnudzan kepada diri sendiri yang akan menimbulkan sifat percaya diri. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi husnudzan kepada diri sendiri yang akan menimbulkan sifat percaya diri. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Perilaku husnudzan menurut Islam meliputi tigal hal, yaitu husnudzan kepada Allah, husnudzan kepada diri sendiri, dan husnudzan kepada sesama manusia. Secara tidak sadar, di antara ketiganya, perilaku husnudzan terhadap diri sendiri justru paling sulit diterapkan.
ADVERTISEMENT
Merangkum dalam buku milik Bachrul Ilmy yang berjudul Pendidikan Agama Islam untuk SMK Kelas X (2016: 52), husnudzan kepada diri sendiri adalah meyakini bahwa apa yang ia alami adalah sesuatu yang memang terbaik untuk dirinya.
Dapat disimpulkan, bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk menikmati hidup dengan tenang, damai, dan tanpa beban.
Nikmatilah hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Inilah ajaran Islam yang sengaja dirancang untuk selalu memudahkan sekaligus mendatangkan rahmat bagi hamba-Nya.
Maksud pernyataan di atas adalah manusia tetap tidak boleh berputus asa dengan kemampuan yang dimilikinya. Kewajiban mereka tetap berusaha atau belajar dengan bersungguh-sungguh. Adapun hasilnya, Allah akan memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga.
Husnudzan kepada diri sendiri akan menjauhkan diri sendiri dari sifat pesimis, tidak percaya diri, dan malas berusaha. Foto: Pexels
Seseorang yang husnudzan kepada diri sendiri akan memiliki sifat percaya diri, optimis, dan bekerja keras. Sebaliknya, seseorang yang berburuk sangka (suudzan) kepada dirinya sendiri akan memiliki sifat tidak percaya diri, pesimis, dan malas berusaha.
ADVERTISEMENT
Jangan sekali-kali bersikap pesimis dan putus asa terhadap kemampuan diri sendiri, karena keputusasaan akan menjauhkan diri dari rahmat Allah SWT. Jika hal ini terjadi, seseorang akan mendapatkan kerugian baik di dunia maupun di akhirat.

Membiasakan Perilaku Husnudzan

Husnudzan merupakan ajaran sikap Rasulullah yang harus diamalkan. Oleh sebab itu, perlu cara atau usaha untuk membina sikap husnudzan dalam diri sendiri.
Dirangkum dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti karangan Aris Abi Syaifullah dkk (2021: 77), berikut usaha yang dapat dilakukan dalam membina sikap husnudzan.
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Orang yang memiliki keimanan kuat kepada Allah akan senantiasa memiliki sikap husnudzan. Sebaliknya, orang yang selalu suudzan hanya akan menunjukkan bahwa kualitas keimanannya lemah.
ADVERTISEMENT
Cara meningkatkan kualitas keimanan diri sendiri dapat dengan mempelajari ilmu ketuhanan atau ilmu ma’rifat. Dengan mempelajarinya, seseorang akan selalu sadar akan kehadiran Allah SWT dalam dirinya sekaligus senantiasa menjalankan perintah-Nya.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas amal saleh
Rasulullah SAW selalu mengisi detik per detik hidupnya dengan amal saleh. Dengan demikian, sebagai umat Islam yang taat harus mengikutinya. Namun, kembali lagi, bahwa semua amal bergantung pada niat dan ketaatan seseorang.
Ilustrasi meningkatkan hubungan silaturahmi sebagai upaya membiasakan sikap suudzan. Foto: Pexels
3. Meningkatkan hubungan silaturahmi
Silaturahmi artinya selalu menjalin hubungan kasih sayang. Kasih sayang terhadap sesama tidak akan terjalin tanpa adanya interaksi dan komunikasi melalui pertemuan atau kunjungan. Dengan silaturahmi, segala persepsi negatif terhadap orang lain akan sirna.
4. Meningkatkan kualitas ilmu
ADVERTISEMENT
Seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi akan memiliki sikap bijaksana. Selain itu, yang ditakuti atau yang dikhawatirkannya hanya kemurkaan Allah SWT.
Ia tidak akan mempedulikan kesalahan orang lain, tetapi ia akan selalu sibuk mencari kesalahan dirinya. Dengan demikian, kemungkinan memiliki sikap suudzan sangat kecil dan yang ada hanyalah sikap husnudzan.
(VIO)