Mengenal Poliomielitis, Penyakit Otot yang Disebabkan oleh Virus Polio

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2021 14:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Virus polio umumnya menjangkit anak-anak di bawah usia 15 tahun. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Virus polio umumnya menjangkit anak-anak di bawah usia 15 tahun. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Penyakit polio sudah dikenal sejak akhir abad ke-18, bahkan mungkin sejak zaman Mesir kuno. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio, anggota genus Enterovirus, dan famili Picornaviridae. Virus polio hanya menyerang primata, termasuk manusia.
ADVERTISEMENT
Virus polio akan masuk melalui saluran cerna dan mengalami replikasi (memperbanyak diri). Virus ini tahan terhadap pelarut lemak, termasuk eter dan kloroform.
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk bereplikasi pertama kalinya. Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari jaringan limfe di saluran cerna, sehingga diduga tempat replikasi pertama virus polio ini ada di jaringan limfe saluran cerna.
Setelah bereplikasi di jaringan limfe, virus polio akan menyebar melalui darah untuk menuju organ-organ tertentu serta jaringan otot yang melekat pada tubuh. Dalam fase klinis minor, gejala polio mirip dengan infeksi virus pada umumnya, seperti demam hingga influenza.
Namun, pada fase mayor, polio dapat menyebabkan penyakit otot. Lantas, apa penyakit otot yang disebabkan oleh virus polio ini? Agar lebih memahaminya, simak uraian lengkap berikut ini.
Polio dapat menyebabkan penyakit otot yang disebut poliomielitis yang menyebabkan kelumpuhan. Foto: Freepik

Polio Dapat Menyebabkan Penyakit Otot yang Disebut Poliomielitis

Menurut buku Kesehatan dan Gizi untuk Anak karangan Deasy Handayani Purba dkk (2010: 206), polio dapat menyebabkan penyakit otot yang disebut poliomielitis. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3.
ADVERTISEMENT
Virus tersebut dapat menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat, yaitu sel saraf motorik di bagian sumsum tulang belakang, sehingga jaringan otot-otot tertentu mengalami kelumpuhan. Anak-anak di bawah 15 tahun rentan terjangkit oleh virus ini.
Poliomielitis menimbulkan gejala berupa demam, nyeri otot, dan kelumpuhan yang terjadi pada minggu pertama. Kelumpuhan ini sering disebut dengan lumpuh layu.
Dalam kasus poliomielitis yang berat, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang menyerang organ-organ tubuh lainnya. Apabila otot-otot pernapasan yang telah terinfeksi oleh virus ini tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, dapat menyebabkan kematian.

Cara Pencegahan Penyakit Polio

Vaksin merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio. Vaksin polio yang diberikan berkali-kali, dapat melindungi anak-anak dalam jangka waktu seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, akan pentingnya pemberian vaksin polio pada anak-anak.
Dikutip melalui situs resmi kemkes.go.id milik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat dua jenis vaksin di antaranya sebagai berikut.
Ilustrasi pemberian vaksin pada anak-anak sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit polio. Foto: Freepik
1. Oral Polio Vaccine (OPV)
Vaksin polio oral atau tetes berasal dari virus polio hidup yang dilemahkan. Jenis vaksin ini akan merangsang pembentukan protein, yang berguna untuk menjaga sistem kekebalan tubuh (antibodi).
Adapun kelebihan vaksin tetes, yaitu perlindungan yang diberikan tidak hanya terbentuk pada bayi yang menerima vaksin, tetapi memberikan perlindungan pada lingkungan sekitarnya.
Hal tersebut dapat terjadi, karena virus akan menyebar melalui air dan makanan, sehingga seluruh keluarga dalam rumah, bahkan satu komunitas pun dapat terlindungi dari polio. Akhirnya, pembentukan antibodi terhadap polio pun dilakukan secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
2. Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Imunisasi melalui suntikan ini tidak dapat memberikan kekebalan pada lingkungan. Kekebalan tubuh yang terjadi, hanya efektif bagi orang yang mendapatkan vaksinasi.
Vaksin IPV dapat menjadi pilihan untuk pencegahan polio pada bayi dan anak dengan kekebalan tubuh yang lemah, atau bila OPV tidak dianjurkan.
Namun, vaksin suntik ini tidak dapat diberikan ketika bayi mengalami demam, penyakit akut, atau penyakit kronis yang progresif. Bayi bisa menerima vaksin setelah sembuh dari penyakitnya.
Selain itu, bayi yang mengalami alergi terhadap streptomisin tidak dapat menerima vaksin polio. Sebab, vaksin ini mengandung antibiotik streptomisin yang berfungsi sebagai pengawet.
Selain vaksin, bentuk pencegahan penularan penyakit polio ke orang lain melalui kontak langsung (droplet), dapat dilakukan dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, untuk menghindari pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi, ditunjukkan dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya langsung ke septic tank.
(VIO)