news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BULOG sortasi ribuan ton beras turun mutu

Konten Media Partner
14 Februari 2019 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
JAKARTA, kabarbisnis.com: Perum BULOG melakukan sortasi stok beras yang mengalami penurunan mutu.Hal itu dilakukan demi menghindari terkontaminasinya pasokan beras yang masih dalam kondisi prima.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, tim serap gabah menemukan 6.800 ton beras mengalami kerusakan di Gudang Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.Temuan itu langsung ditindaklanjuti perseroan dengan melakukan uji laboratorium terhadap pasokan yang berada di tempat penyimpanan tersebut.
"Pertama kami lakukan pemilahan, beras mana saja yang positif dan terindikasi rusak. Kemudian kami lakukan uji laboratorium," ujar Sekretaris Perusahaan BULOG Arjun Ansol Siregar melalui keterangannya di Jakarta, Rabu (13/2/2019).
Setelah pemilahan dilakukan, didapatkan dua jenis beras. Beras yang memiliki kualitas di bawah ambang batas ketentuan akan dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Sementara, beras yang rusak parah akan dimusnahkan.“Kami selalu pastikan beras yang kami distribusikan kepada masyarakat adalah beras yang laik konsumsi,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Arjun menjelaskan beras-beras yang mengalami kerusakan adalah beras yang memang tidak untuk disalurkan. Stok tersebut merupakan hasil pengadaan dalam negeri yang berusia sudah lebih dari satu tahun.
Penyaluran yang tidak maksimal membuat perseroan kesulitan mengeluarkan stok beras di gudang-gudang mereka.Padahal, di sisi lain, BULOG dipaksa untuk terus menyerap dalam jumlah besar.
"Pemerintah terus mengalihkan pagu bantuan sosial beras sejahtera (Bansos Rastra) setiap tahun secara bertahap ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).Ini membuat kami kehilangan pasar karena beras untuk BPNT tidak diwajibkan berasal dari BULOG. Ini memengaruhi perputaran barang BULOG," terang Arjun.
Berdasarkan data perseroan, pagu rastra di Sumsel pada 2017 tercatat sebanyak 68 ribu ton. Pada 2018 angkanya menyusut hingga hanya 44 ribu ton.
ADVERTISEMENT