Permintaan lampaui pasokan, RI diprediksi defisit gas pada 2025

Konten Media Partner
3 Agustus 2018 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan Indonesia berpotensi mengalami defisit neraca gas pada 2025. Hal itu terjadi saat permintaan melampaui pasokan gas yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengungkapkan pemerintah melakukan simulasi permintaan gas dengan menggunakan tiga skenario pada neraca gas periode 2018 - 2027.
Pada skenario pertama, pemerintah menggunakan basis permintaan berdasarkan realisasi konsumsi tahun lalu. Proyeksi dibuat berdasarkan pertumbuhan permintaan gas lima tahun terakhir, dengan mengecualikan program pemerintah seperti gas rumah tangga dan gas untuk transportasi.
Pada skenario kedua, pemerintah memasukkan faktor pertumbuhan permintaan gas tahun lalu sesuai target pertumbuhan ekonomi.
Pada skenario ketiga, pemerintah memperhitungkan kapasitas maksimal pabrik dan target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Simulasi tiga skenario di atas menunjukkan bahwa kebutuhan gas domestik masih bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri hingga 2024.
Namun, jika skenario dua dan tiga terjadi, Indonesia kemungkinan membutuhkan pasokan gas tambahan pada 2025. Pasalnya, simulasi skenario dua menghasilkan defisit gas 206,5 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) dan skenario tiga menghasilkan defisit 1.072,29 MMSCFD pada 2025.
ADVERTISEMENT
"Saya menggunakan istilah 'pasokan tambahan' bukan impor karena kita (Indonesia) masih bisa memenuhi kebutuhan dengan menambah cadangan gas baru dan mempercepat pengembangan lapangan gas East natuna untuk memenuhi kebutuhan tersebut," ujar Arcandra saat menghadiri pembukaan Gas Indonesia Summit & Exhibition 2018 di Jakarta Convention Center, Rabu (1/8/2018).
Ke depan, pemerintah akan mendahukan pemenuhan kebutuhan gas domestik dibandingkan ekspor. Apabila permintaan domestik tidak terpenuhi, pemerintah memiliki opsi untuk membuka keran impor gas dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG).
"Yang jelas, prioritasnya adalah kebutuhan dalam negeri dipasok oleh gas yang diproduksi di dalam negeri," ujarnya.
Sebagai informasi, Gas Indonesia Summit & Exhibition 2018 merupakan konferensi dan pameran tahunan di sektor gas dan LNG yang dihadiri oleh seluruh mata rantai nilai, mulai dari hulu hingga ke hilir seperti eksplorasi, produksi, pemrosesan, penyulingan, hingga pemasaran dan distribusi.
ADVERTISEMENT