news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Revolusi Industri 4.0 perkuat produksi dan efisiensi pertanian

Konten Media Partner
19 Maret 2019 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Revolusi Industri 4.0 perkuat produksi dan efisiensi pertanian
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
JAKARTA, kabarbisnis.com: Infrastruktur pertanian dan inovasi termasuk didalamnya Revolusi Industri 4.0 berkontribusi besar terhadap peningkatan produksi dan efisiensi sumber daya pertanian nasional.
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur Dedi Nursyamsi menuturkan, Revolusi Industri 4.0 berkontribusi penting terhadap peningkatan produksi nasional dalam bebeeapa tahun terakhir. Data Balitbantan mengungkapkan jaringan irigasi dan penciptaan varietas benih berkontribusi 60% terhadap out put hasil pertanian.
Digitalisasi teknologi informasi sektor pertanian ini menitikberatkan terhadap peningkatan jasa dan volume produk pertanian. pertanian.Gilirannya produsen dan pelaku usaha berupaya mengefisiensikan biaya usaha tani.
Revolusi teknologi informasi tersebut tentunya membuat daya saing produk pertanian nasional semakin kompetitif .Kinerja ekspor menjadi salah satu indikatornya.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan periode 2016-2018 , ekspor pertanian bertumbuh 29,7% dengan nilai devisa Rp 1.764 triliun. Sementara dari sisi nilai investasi mencapai Rp 270 triliun selama periode lima tahun dengan pertumbuhan hingga 110%.
ADVERTISEMENT
Adapun adopsi sejalan revolusi industri 4.0, Kementan sudah menerapkan sejumlah aplikasi yang memudahkan pemerintah merumuskan kebijakan.Misalnya aplikasi bernama sistem informasi monitoring pertanaman padi atau simotani. Melalui aplikasi ini pihaknya sudah dapat memetakan lokasi pesawahan hingga di tingkat kecamatan.
Caranya yaitu menggunakan citra satelit beresolusi tinggi untuk dapat membaca standing crop tanaman padi. Dedi mencontohkan luas lahan sawah di Jawa Barat lebih dari 1 juta ha.
Dari areal itu terlihat luas lahan yang akan panen dan tersebar dimana saja. Begitu juga tanaman padi yang baru tanam atau lahan yang belum ditanami (bera).
Termasuk pula ada aplikasi KATAM (Kalender Tanam). Adanya aplikasi KATAM mudah diketahui waktu tanam, rekomendasi pupuk dan penggunaan varietas. "Rekomendasi bukan hanya tingkat kabupaten melainkan kecamatan sampai desa," ujar Dedi dalam diskusi bertajuk Revolusi Pertanian Modern 4.0 Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045 di Sentul, Bogor, kemarin.
ADVERTISEMENT
Aplikasi lain adalah aplikasi si Mantap yang dimanfaatkan PT Jasindo dalam rangka mem-backup asuransi pertanian. Dedi menjelaskan bahwa aplikasi ini membantu pihak asuransi supaya mendeteksi resiko kekeringan dan banjir, bahkan organisme pengganggu tumbuhan.
Dedi menambahkan mulai tahun 2018 lalu Kementan mulai menggaungkan regenerasi pertanian melalui gerakan 1 juta petani Milenial per tahun.Caranya melalui pemberian pelatihan dan pembenahan kurikulum vokasi sekolah pendidikan sesuai kebutuhan Industri 4.0.
Kementan juga memfasilitasi magang bagi generasi milenial menimba teknik budidaya pertanian di luar negeri. "Tentunya ini menarik bagi kalangan milenial," ungkap Dedi.
Dedi meyakini regenerasi petani terus berjalan. Karenanya, sektor pertanian nasional akan terus diisi SDM baru. Bahkan jumlahnya terus meningkat.
Dedi mencontohkan jumlah generasi milenial yang berminat mengenyam di politeknik pertanian .Bahkan dalam empat tahun terakhir pertumbuhannya meningkat hingga 12 kali lipat.
ADVERTISEMENT
Ekonom Universitas Indonesia Riyanto menuturkan implementasi teknologi 4.0 di sektor pertanian menutup distorsi di sektor hilir pertanian. Akses antara produsen dan konsumen menjadi terbuka bak pasar lelang.
Berpijak terhadap kasus ojek on line, Kementan dan DPR harus sesegera mungkin menyiapkan regulasi yang mendukung pengembangan Industri 4.0."Dengan begitu, ongkos regulasinya jangan sampai mahal," imbaunya.
Riyanto menambahkan tantangan terbesar Kementan adalah merubah tradisi petani yang umumnya masih tradisional .Bahkan teknologinya belum menyentuh Industri level 2.0.
Solusinya, petani harus melembagakan diri berbentuk korporasi. Dengan begitu biaya usaha tani menjadi efisien dan mempunyai posisi tawar sepadan terhadap pasar.