Gerakan RejosoKita Studi Banding ke Forum Komunikasi DAS di Banten

Konten Media Partner
17 Mei 2018 23:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerakan RejosoKita Studi Banding ke Forum Komunikasi DAS di Banten
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Reporter : Ajo
Editor : Titin Sukmawati
ADVERTISEMENT
Banten, Kabarpas.com – Untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik. Gerakan RejosoKita melakukan kunjungan kerja dan studi banding ke Forum Komunikasi DAS Cidanau, di Serang-Banten. Kegiatan studi banding ini merupakan tindak lanjut dari focus group discussion (FGD) yang telah dilaksanakan di BPDAS-HL Sidoarjo tentang model kelembagaan yang tepat untuk pelestarian DAS Rejoso dengan prinsip harus mewakili seluruh kepentingan, tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku serta perlunya sinkronisasi dengan beberapa platform multistakeholder.
Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) dipilih sebagai tujuan studi banding karena forum yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor 614/Kep.211-Huk/2006 dan Keputusan Ketua FKDC Nomor 38/FKDC/ VI/2006 yang melibatkan unsur Pemerintah Provinsi Banten, Pemkab Pandeglang, Pemkab Serang, Pemkot Cilegon, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) sejak tahun 2006 telah mengembangkan skema Payment for Environmental Service (PES) atau Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) guna menjaga kelestarian wilayah DAS. Melalui skema ini, industri-industri di daerah hilir yang memanfaatkan jasa lingkungan air DAS Cidanau memberikan kompensasi berupa pembayaran kepada beberapa kelompok petani di hulu untuk mengelola kebun mereka secara berkelanjutan dengan bertujuan menjaga kelestarian DAS Cidanau.
Hal ini tentu senada dengan Gerakan RejosoKita yang saat ini tengah mengembangkan skema Payment for Environmental Service (PES) atau Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) guna menjaga kelestarian wilayah DAS Rejoso. Sehingga dengan adanya studi banding ini bisa memberikan asupan sumber materi maupun pengetahuan dari berbagai pihak untuk mendukung perjalanan gerakan RejosoKita menuju performa yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan ini, pihak Gerakan RejosoKita diterima langsung oleh Kepala Dinas Linkungan Hidup dan Kehutanan, Husni Hasan.
“Dengan semangat bersilturahmi bertukar pikiran berkonsultasi dalam rangka bagaimana kita bisa memperdayakan masyarakat sekitar DAS, masyarakat yang peduli DAS untuk bisa mengelola daerah aliran sungai untuk kemaslahatan umat, maka untuk semua itu perlu adanya suatu lembaga yang natinya akan bekerjasama dalam melestarikannya,” ungkap Husni saat menyambut kedatangan sejumlah pegiat lingkungan yang berasal dari Gerakan RejosoKita.
Pitono Nugroho, Direktur Eksekutif Yayasan Social Investment Indonesia (YSII) menjelaskan, Gerakan RejosoKita terbentuk dari hasil riset yang dilakukan oleh beberapa lembaga dan universitas yang dipelopori oleh Yayasan Social Invesment Indonesia (YSII).
“Dalam kunjungan dan studi banding ini, stakeholder yang ikut diantaranya Dinas Kehutanan Provinsi Jatim, Bappeprov Jatim, PDAB Jatim, PDAM Surabaya, BPDASHL Brantas-Sampean, Dinas ESDM Jatim, FORDAS Brantas-Sampean, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, FORDAS Kabupaten Pasuruan, CK NET-INA, Tirta Investama Pabrik Keboncandi, Danone Jakarta, Global Partnership South East Asia, Pegiatan Lingkungan dan Petani penerima pembayaran jasa lingkungan,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan, stakeholder- stakeholder ini nantinya bersama-sama mendorong terbentuknya forum yang akan diimplementasikan di DAS Rejoso.
Sementara itu, Sekjen Forum Komunikasi DAS Cidanau, Nana P. Rahadian mengatakan bahwa DAS Cidanau merupakan satu kesatuan wilayah pengelolaan DAS yang di dalamnya terdapat Cagar Alam Rawa Danau yang luasnya 3500 hektar untuk reservoar air baku bagi industri dan kebutuhan masyarakat. Pembentukan FKDC bermula dari adanya pemahaman dan kesadaran sekelompok masyarakat terhadap degradasi lingkungan yang mengancam kelestarian Cagar Alam Rawa Danau, suatu kawasan dalam DAS Cidanau yang memiliki peran penting untuk keberlanjutan pembangunan di Serang Barat, khususnya dalam menjamin pasokan air bagi wilayah hilir.
“Kami melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sumber air Rawa Danau, sehingga masyarakat merasakan dampak postif dari keterlibatan mereka dalam bentuk Pembayaran Jasa Lingkungan” Ungkap Nana P. Rahadian.
ADVERTISEMENT
Pada kunjungan hari kedua dilakukan dengan berkunjung kelokasi Cagar Alam (CA) Rawa Danau dan dilanjutkan berkunjung ke Kelompok Tani Karya Muda II di Desa Citaman Kecamatan Ciomas, Kelompok Tani Karya Muda II adalah salah satu kelompok tani hutan rakyat yang mendapatkan pembayaran jasa lingkungan.
Ia menambahkan, jika DAS Cidanau gundul akan memperparah sedimentasi di Cagar Alam (CA) Rawa Danau, ekosistem unik sekaligus reservoir air alami. Air dari mata air di Gunung Karang, Aseupan, dan Parakasak melewati Rawa Danau sebelum dialirkan secara alami ke Sungai Cidanau.
“Sekitar 1.000 hektar dari 3.542,7 hektar luas CA Rawa Danau rusak karena perambahan,” kata Dede Rusdirman, Komandan Resort I Wilayah CA Rawa Danau dan CA Tukung Gede, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, praktik pembayaran jasa lingkungan meningkatkan tutupan vegetasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau. Analisis citra satelit FKDC menunjukkan, tutupan vegetasi DAS Cidanau sebelum 2005 berkisar 20-30 persen. Kini, tutupannya 40-60 persen.
Bahrani sebagai ketua kelompok tani Karya Muda II yang beranggotakan 43 orang menjelaskan bahwa sejauh ini seluruh anggota kelompok menjaga komitmennya dengan baik. Pertemuan kelompok yang dilakukan cukup intens yaitu seminggu sekali, sangat membantu terjaganya konsistensi tanggung jawab anggota untuk menjaga populasi pohon di wilayah garapannya.
“Dengan hal tersebut permasalahan yang terjadi di lapangan maupun antar anggota dapat cepat diketahui dan diselesaikan secara bersama. Jenis tanaman pada lokasi hutan rakyat didominasi oleh Melinjo (Gnetum gnemon) yang tumbuh subur dan produktifitas yang baik, sehingga kelompok tani akan terus menjaga pupulasinya karena hasil buah melinjo menjadi pendapatan sehari-hari kelompok yang cukup menguntungkan,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk sekadar diketahui, Aliansi RejosoKita adalah kerja sama multi-pihak untuk mengembangkan pengelolaan sumber daya air di Daerah Aliran Sungai Rejoso secara terpadu melalui investasi bersama antara pemangku kepentingan dan pengelolaan berbasis kinerja yang akan membawa dampak positif baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan.
GerakanRejosoKita sendiri sebagai sebuah gerakan yang dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya air di Rejoso bagi masyarakat di Pasuruan, Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya. (ajo/tin).