Haul Mbah Ghozali Basyaiban Dihadiri Dua Ulama Besar NU

Konten Media Partner
21 Oktober 2019 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pasuruan, Kabarpas.com – Pengajian umum yang diselenggarakan dalam rangka Peringatan Haul Sayyid Imam Ghozali Basyaiban dari Petahunan, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Remas Masjid Nurul Huda Petahunan. Dengan ceramah agama yang disampaikan oleh KH. Ali Mashuri.
Dalam tausiyahnya, kiai Ali Mashuri menjelaskan tentang Al-Maghfurlah Sayyid Ghozali Basyaiban. Beliau merupakan seorang sayyid yang dari garis nasabnya sambung dengan Mbah Sulaiman Mojo Agung.
Kiai Ali Mashuri juga menjelaskan, tentang kualitas sebuah keturunan.
“Bila pohon itu subur manakala banyak buahnya, bila buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kualitas anak cucu tidak lepas dari kualitas kedua orang tuanya dan kakek-neneknya,” kata Kiai Ali saat memberikan ceramah.
Seperti contoh, di Surabaya terdapat wali besar, Al Arif Billah Sayyid Rahmat Sunan Ampel, mempunyai anak Sayyid Ali Al Murtadho, mempunyai anak Sunan Bonang Maulana Makdum Ibrahim, mempunyai cucu Sunan Drajat Paciran Lamongan. Semuanya orang-orang soleh, karena kualitas orang tuanya juga soleh.
ADVERTISEMENT
Kiai Ali juga memberikan tausiyah tentang menghargai waktu. Bagaimana dalam setiap waktu, sebaiknya diisi dengan amal shalih.
Selain dihadiri oleh KH Ali Mashuri, dalam acara haul ini juga diisi dengan ceramah oleh KH Marzuqi Mustamar. Dalam ceramahnya, ia memaparkan tentang pentingnya Ber-NU dan Ke-Indonesiaan.
“Tahlilan, manaqiban bukan merupakan perbuatan yang mengada-ngada sebagaimana kelompok orang nyinyir tuduhkan, karena semuanya ada dasar dalil yang jadi rujukannya.
Bahkan, cinta pada negara juga merupakan sebagian dari iman sebagaimana حب الوطن من الايمان,” ungkapnya.
Menurut, ulama yang juga Ketua PWNU Jawa Timur ini, amannya menjaga negara sama dengannya amannya menjaga agama.
“Maka dari itu jika ada ustadz-ustadz baru yang keliatannya amaliahnya sama dengan NU, tapi fikroh dan harokahnya bertentangan dengan negara, maka dia itu Bukan NU. Apalagi sampai nyinyir pada pimpinan-pimpinan NU, itu semua bukan NU,” pungkasnya. (fid/diz).
ADVERTISEMENT